Langganan

Berjuang Tuntaskan Pendidikan dalam Keterbatasan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Indriawati Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Senin, 6 Mei 2013 - 17:03 WIB

ESPOS.ID - Seorang siswi SDLB Negeri Cangakan Karanganyar berkonsentrasi membaca soal Ujian Nasional (UN) dalam huruf braille, Senin (6/5/2013). (JIBI/SOLOPOS/Tri Indriawati)

Seorang siswi SDLB Negeri Cangakan Karanganyar berkonsentrasi membaca soal Ujian Nasional (UN) dalam huruf braille, Senin (6/5/2013). (JIBI/SOLOPOS/Tri Indriawati)
Celotehan para siswa memenuhi ruang ujian kala Esposin menyambangi Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Cangakan, Karanganyar, Senin (6/5/2013) pagi. Tak tampak beban terlukis pada raut wajah lugu para siswa penyandang tuna grahita. Bocah-bocah itu tertawa dan saling berbagi canda sembari menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru mereka.

“Dua.” jawab seorang siswi kelas 6 C1, Cindika Dias Larasati, 13, sekenanya ketika seorang guru menanyakan berapa jumlah ban pada sebuah mobil. Jawaban itu kontan mengundang tawa dari guru pengawas ujian serta teman-teman sekelasnya.

Advertisement

Siswa-siswi kelas 6 C1 itu baru saja merampungkan sejumlah soal Bahasa Indonesia dalam Ujian Sekolah (US) yang diselengarakan SDLB Negeri Cangakan. Bagi mereka, US bukanlah sebuah momok yang selalu membebani. Puluhan soal yang dibacakan pengawas, mereka kerjakan dengan senang hati.

Hampir seluruh siswa mengacungkan jari ketika Espos bertanya siapa yang menyempatkan diri untuk belajar semalam sebelumnya. Mereka pun kompak mengacungkan jari tatkala ditanya siapa yang paling pintar. “Bisa, enggak susah kok,” tutur Cindi riang.

Seorang guru di SDLB Negeri Cangakan, Rusyanto, menuturkan pihak sekolah sengaja membuat naskah soal US di bawah standar UN untuk memudahkan siswa penyandang tuna grahita. “Kalau yang tuna grahita kelasnya dibagi dua, Tuna C yang ringan dan C1 yang berat. Naskah soalnya ya kami sesuaikan dengan kemampuan mereka, tapi tetap mengacu kurikulum,” urai dia.

Advertisement

Di ruang ujian sebelahnya, Umi Nur Kholifah, 13, masih sibuk meraba naskah soal Ujian Nasional (UN) yang tersaji dalam teks braille. Siswi kelas 6 A itu berupaya mengerjakan seluruh soal dengan penuh konsentrasi. Seusai membaca soal, tangan mungilnya sibuk menulis di lembar jawaban dengan huruf braille.

Setelah berhasil menuntaskan 50 soal UN, Umi segera berkemas karena ibunya telah menanti di luar ruangan. Bocah asal Karangpandan itu mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan seluruh soal Bahasa Indonesia. Dia optimistis mampu meraih nilai cemerlang dalam UN SD kali ini. “Bisa semua, enggak susah. Yang paling susah Matematika, tapi yakin bisa, enggak takut,” ujarnya kepada Esposin.

Menurut Rusyanto, Umi adalah siswi berprestasi di sekolah tersebut. Selain menonjol dalam bidang akademik, dia juga mendulang prestasi lewat suara merdunya.

Advertisement

Setelah tamat SD, Umi berharap dapat melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kesejahteraan Anak-anak Buta (YKAB) Solo. Dia berharap dapat menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi. “Pengin sekolah terus pengin jadi penyanyi,” ucapnya.

Hal senada diungkapkan seorang siswi penyandang tuna rungu, Okviana Kiki Rosilawati, 15. Dalam bahasa isyarat, siswi Kelas 6 B itu mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal UN hari pertama.

Kepala Sekolah SDLB Cangakan, Darya Sunaryo, menguraikan terdapat 23 siswa yang mengikuti UN dan US di sekolah tersebut, yakni satu siswa tuna netra, satu siswa tuna rungu, dua siswa tuna daksa dan 19 siswa tuna grahita. Namun, salah seorang siswa tuna grahita terpaksa mengundurkan diri dari US karena tidak mau berangkat ke sekolah. Sama seperti siswa normal pada umumnya, anak-anak berkebutuhan khusus tersebut juga diberi waktu dua jam untuk mengerjakan UN.

Dia optimistis, meski menjalani pendidikan dalam keterbatasan, seluruh siswanya akan lulus dengan hasil memuaskan. Menurutnya, pihak sekolah telah memberikan pengajaran yang maksimal bagi seluruh siswanya.

Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif