by Sri Sumi Handayani - Espos.id Solopos - Sabtu, 11 Juli 2020 - 20:56 WIB
Esposin, KARANGANYAR--Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, menyebut Pulau Jawa memiliki 25 lokasi rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Rata-rata lokasi rawan karhutla di Pulau Jawa itu berada di lereng gunung dan kawasan sekitar gunung. Siti Nurbaya menyebut proses pemadaman api pada kasus karhutla di lereng dan kawasan sekitar gunung itu sulit.
Tetapi pemerintah wajib mengatasi persoalan itu. Siti Nurbaya menyebut awal musim kemarau di Pulau Jawa pada Agustus hingga September.
Menteri Siti Nurbaya Hadiahi Karanganyar Kebun Bibit Baru
Menteri Siti Nurbaya Hadiahi Karanganyar Kebun Bibit Baru
"Kami masih punya pekerjaan rumah di Karanganyar dan Wonogiri. Titip Pak Bupati dan Kapolres. 25 Titik rawan kebakaran di Pulau Jawa. Itu rata-rata di lereng dan dekat gunung," ujar Siti Nurbaya saat kunjungan kerja di Karanganyar, Sabtu (11/7/2020).
Dia menyebut proses pemadaman di lereng dan kawasan gunung itu tidak mudah. Bahkan, solusi menggunakan water bombing pun tidak segampang yang dibayangkan.
Terungkap, 25 Nakes di RSUD Moewardi Solo Reaktif Covid-19
Padahal, Presiden Joko Widodo, menurut Siti Nurbaya, berpesan agar Kementerian LHK memastikan penanganan karhutla. Berulang kali Siti Nurbaya menyebut karhutla sebagai pekerjaan rumah.
"Kami sudah bahas dan tidak terlalu sulit atau normal seperti yang lain ya penanganannya. Kami diskusi dengan Perhutani. Kami bahas bagaimana mengantisipasi [karhutla]," tutur dia.
Ganjar Ingatkan Jangan Gambling soal New Normal
"Kapolres bilang, 'Bu Menteri, ini berbahaya karena mau kebakaran hutan. Mesti jaga-jaga'. Jadi [Kapolres] minta tolong sumber air, sumber mata air di hulu dijaga. Saya akan teruskan ke Kementerian PUPR. Nanti saya telepon langsung dan minta timnya untuk survei," jelas dia.
Ditemui pada kesempatan lain, Kapolres Karanganyar, AKBP Leganek Mawardi, menuturkan pemanfaatan sumber mata air di hulu diharapkan dapat meringankan pekerjaan berbagai pihak saat memadamkan api pada kasus karhutla. Mereka tidak perlu membawa air dari bawah ke lokasi kebakaran.
"Dalam penanganan karhutla, pemadaman itu menggunakan air ya. Selama ini bawa jet bom dari bawah. Sedangkan lebih cepat kalau air [di hulu] ditahan di sumber-sumber itu. Jadi mengambil air lebih dekat. Titik-titik air itu kan harus dipelihara. Supaya kalau mau ambil dekat. Jadi karhutla penanganannya cepat, tidak mondar-mandir, efektif, efisien," ujar Kapolres.
Hasil Tes PCR RSUD Wongsonegoro Keliru, Calon Penumpang di Bandara YIA Gagal Terbang