ESPOS.ID - Peluncuran Kampung Njawani di Kelurahan Banjarsari RW 016 pada Kamis (15/6/2023) malam. (Solopos.com/Nova Malinda)
Esposin, SOLO - Pemerintah Kota Solo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terus mendorong masyarakat mengoptimalkan potensi daerahnya. Sebab, setiap kampung memiliki daya tarik dan keunikan masing-masing. Berikut adalah tujuh kampung unik di Kota Solo.
"Kami selalu mendorong warga masyarakat untuk menggali potensi, apapun itu potensi wisata potensi budaya yang ada di wilayah masing-masing," ucap Kepala Bidang (Kabid) Destinasi dan Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solo, Gembong Hadiwibowo, di saat acara peluncuran Kampung Njawani di Kelurahan Banjarsari, Sabtu (15/6/2023).
Potensi daerah yang digali bukan berarti akan melunturkan budaya yang ada. Namun justru untuk menguatkan nilai budaya itu sendiri.
Sejauh ini, sudah ada sederet kampung di Kota Solo yang mengoptimalkan potensinya sehingga punya daya tarik tersendiri. Kampung-kampung yang memiliki daya tarik tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Kampung Njawani
Kampung ini baru diluncurkan di RW 16 Kampung Gebang Kelurahan Banjarsari Kecamatan Banjarsari pada Kamis (15/6/2023). Kampung ini berfokus pada program layanan belajar budaya Jawa secara nonformal bagi masyarakat umum. Terdapat pementasan budaya Jawa secara rutin dan terbuka. Kegiatan ini juga bagian dari upaya meningkatkan perekonomian warga.
Masyarakat umum bisa mempelajari budaya Jawa mulai dari bahasa, musik, tradisi, kesenian, busana, hingga kuliner tradisional jawa yang dibimbing oleh para mentor ahli di bidangnya.
2. Kampung Batik Laweyan
Mengutip dari Jurnal Desa-Kota Universitas Sebelas Maret (UNS) berjudul
Kampung Tematik sebagai Elemen Primer Kegiatan Wisata Perkotaan di Surakarta yang ditulis Shilvia Dwi Cahyani pada 2020, terdapat beragam atraksi wisata seperti Selawenan di Kampung Batik Laweyan. Beberapa bangunan bersejarah juga sudah ditetapkan sebagai cagar budaya seperti Langgar Merdeka dan Masjid Laweyan.
Beragamnya atraksi wisata mendorong masyarakat untuk menyediakan fasilitas pendukung wisata seperti tempat makan, akomodasi, dan tempat belanja. Berdasarkan RIPPKADA Kota Solo pada 2016-2026, Kampung Batik Laweyan termasuk ke dalam Kawasan Strategis Pariwisata Kota Solo.
3. Kampung Batik Kauman
Kampung ini juga menjadi salah satu kampung tematik yang sudah ditetapkan sebagai destinasi wisata. Berdasarkan RIPPKADA Kota Solo, Kampung Batik Kauman merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Kota Solo yang termasuk ke dalam bagian Destinasi Pariwisata Daerah Karaton Surakarta Hadiningrat.
Keberadaan Kampung Batik Kauman berkaitan erat dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Banyak bangunan bersejarah di Kampung
Batik Kauman yang merupakan peninggalan aktivitas Keraton Kasunanan Surakarta seperti Komplek Masjid Agung dan
beberapa langgar.
Event Mauludan merupakan contoh lain hubungan antara Keraton Kasunanan Surakarta dengan Kampung Batik Kauman. Pada Kampung Batik Kauman juga dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung wisata.
4. Jayengan Kampung Permata
Jayengan bermakna bentuk hubungan antara Keraton Kasunanan Surakarta dengan saudagar asal Martapura atau saudagar Banjar. Kemudian pada Jayengan Kampoeng Permata terjadi akulturasi budaya di antara penduduk asli dengan saudagar Banjar. Akulturasi ini tergambar ke dalam
event wisata yang terselanggara, yakni Jarwono (Banjar, Jowo, Chino). Masyarakat di Jayengan Kampoeng
Permata sudah menyediakan fasilitas pendukung wisata.
5. Kampung Sayur Mojosongo
Kampung ini memiliki atraksi wisata berupa budaya masyarakat untuk menanam tanaman sayur organik. Kampung Sayur Mojosongo memiliki acara rutin tahunan untuk memperingati Hari Bumi. Selain itu, anak-anak di Kampung Sayur Mojosongo juga aktif dalam kegiatan seni karawitan.
6. Kampung Blangkon Petrojayan
Kampung Petrojayan memiliki hubungan langsung dengan Keraton Kasunanan Surakarta, di mana seorang ahli pembuat belangkon Keraton menularkan ilmu dalam membuat kain penutup kepala ini kepada anak dan muridnya. Diperlukan sebuah
event untuk menarik wisatawan dari luar. Selain itu, masyarakat juga belum menyediakan fasilitas pendukung berupa akomodasi untuk wisatawan.
7. Kampung Hepi Joho
Mengutip dari
Direktori Pariwisata, Hepi diserap dari bahasa Inggris
happy alias bahagia. Pemilihan kata itu berawal dari keinginan warga Kampung Joho yang ingin bahagia, aman, sehat, dan damai. Sedangkan, gagasan membuat Kampung Hepi sudah dimulai sejak 2007, namun baru dicanangkan pada Februari 2018.
Setiap bulan, warga dengan swadaya dan kerelaannya melakukan gotong royong untuk memelihara Kampung Hepi. Selain berisi beragam mural, kampung tersebut juga menyuguhkan berbagai kegiatan warga seperti permainan tradisional anak-anak, kedai jamu dan aneka kerajinan karya warga.
Muh Khodiq Duhri -
Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Berita Terkait
Hanya Untuk Anda
Inspiratif & Informatif