Esposin, WONOGIRI -- Partai politik (parpol) dan calon anggota legislatif (caleg) yang diusung dalam Pemilu 2024 di Wonogiri saat ini tengah sibuk berusaha menjaring suara guna merebut kursi DPRD. Mereka harus bekerja keras untuk mengamankan kursi tersebut.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Satu kursi di DPRD berharga ribuan suara untuk parpol dan caleg di masing-masing daerah pemilihan (dapil). Sebagai informasi, di Wonogiri terdapat lima dapil. Setiap dapil memiliki kuota kursi DPRD.
Dapil I memiliki kuota 11 kursi, dapil II 10 kursi, dapil III 10 kursi, dapil IV 10 kursi, dan dapil V sembilan kursi. Harga satu kursi di masing-masing dapil itu berbeda-beda bergantung dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT), surat suara sah, dan alokasi kursi.
Perlu diketahui, penghitungan suara pada Pemilu 2024 sama seperti Pemilu 2019, yaitu menggunakan metode Sainte Lague. Perolehan suara parpol dihitung terlebih dulu kemudian diurutkan (ranking) setelah masing-masing suara parpol dibagi bilangan ganjil 1, 3, 5, dan 7 untuk menentukan perolehan kursi parpol di lembaga legislatif.
Setelah itu baru melihat suara caleg untuk mengisi jatah perolehan kursi masing-masing parpol. Caleg yang memiliki suara terbanyak berhak untuk mendapatkan jatah kursi parpol.
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wonogiri, pada Pemilu lima tahun lalu atau 2019, harga terendah bagi parpol untuk meraih kursi di dapil I yaitu sebanyak 5.924 suara yang kala itu didapatkan Partai Gerindra.
Sedangkan harga kursi bagi caleg Gerindra untuk menduduki kursi itu sebanyak 1.019 suara. Dengan kata lain, jumlah itu merupakan suara terbanyak yang diperoleh caleg tersebut dibandingkan caleg Gerindra lain di dapil yang sama. Pada saat itu, suara sah di dapil I ada 140.617 suara.
Jumlah DPT Berkurang
Di Dapil II, harga termurah bagi parpol untuk dapat satu kursi yakni 6.701 suara yang diraih PAN. Di dapil itu PAN hanya mendapatkan satu kursi. Perolehan suara caleg dari partai tersebut yang berhak mendapatkan jatah kursi yakni 4.407 suara. Total surat suara sah di dapil II sebanyak 118.849 lembar.Kemudian di Dapil III, harga termurah untuk mendapatkan satu kursi DPRD sebanyak 5.348 suara yang diperoleh PKB. Perolehan suara caleg PKB di dapil itu yang berhak mendapatkan jatah kursi itu sebanyak 1.352 suara. Total surat suara sah di dapil itu sebanyak 114.682 suara.
Sementara untuk Dapil IV, harga termurah bagi parpol untuk dapat satu kursi yaitu sebanyak 7.120 suara yang juga diperoleh PKB. Perolehan suara caleg PKB yang mendapatkan jatah satu kursi itu sebanyak 1.518 suara. Total surat suara sah di dapil tersebut kala itu 112.836 suara.
Sedangkan di Dapil V, harga termurah bagi parpol untuk dapat satu kursi yaitu sebanyak 7.091 suara yang didapat PKS. Perolehan suara caleg PKS yang mendapatkan jatah satu kursi itu mencapai 2.277 suara. Total surat suara sah kala itu 115.767 suara.
Untuk diketahui, pada Pemilu 2019 jumlah DPT Wonogiri sebanyak 869.824 orang. Tingkat partisipasi Pemilu 2024 pada saat itu sekitar 74%. Pada saat itu caleg petahana atau incumbent yang kembali menduduki kursi DPRD Wonogiri sebanyak 22 orang.
Sementara pada Pemilu 2024 jumlah DPT sebanyak 845.363 orang. KPU Wonogiri menargetkan tingkat partisipasi Pemilu 2024 sebesar 77%. Pada Pemilu 2024 dari 50 anggota DPRD, 40 orang di antaranya kembali manggung.
Dominasi Wajah Lama
Pengamat politik Wonogiri, Bambang Tetuko, memprediksi parpol yang memperoleh kursi di Pemilu 2024 tidak akan banyak berubah dibandingkan Pemilu 2019. Mereka yang akan duduk di kursi DPRD Wonogiri pun masih akan didominasi wajah-wajah lama.Menurut dia, parpol dan caleg pendatang baru bisa mengubah politik Wonogiri jika mereka benar-benar menjalankan fungsinya dalam melakukan pendidikan politik bagi masyarakat.
Parpol seyogyanya rutin memberikan pendidikan politik selama lima tahun jeda antarpemilu. Dengan begitu, parpol bisa dikenal warga sekaligus bisa mendapatkan konstituen. Parpol baru tidak bisa hanya mengandalkan masa kampanye untuk dikenal masyarakat karena waktu yang ada sangatlah pendek.
Bambang menjelaskan jika parpol yang mengusung caleg banyak saja tidak ada jaminan mendapatkan banyak kursi, apalagi parpol yang tidak memenuhi kuota caleg yang disediakan. Dia mengatakan parpol nonparlemen dan parpol baru di Wonogiri pada kenyataanya tidak memaksimalkan kuota caleg.
Di sisi lain, semua caleg dari partai baru dan nonparlemen itu merupakan pendatang baru. Maka peluang mereka untuk mendapatkan kursi amat kecil.
“Kalau saya lihat parpol-paprol baru di Wonogiri sejauh ini belum bisa memberikan warna baru dalam politik lokal. Mereka belum bisa mengubah peta politik Wonogiri. Sementara parpol yang sudah ada, mereka punya calon petahana. Minimal mereka akan mempertahankan kursi itu. Maka, untuk parpol baru, apa boleh buat,” jelas dia.
Ketua Komite Eksekutif Partai Buruh Wonogiri, Lasmini, menyadari sebagai pendatang baru, kecil peluang bagi partai dan calegnya untuk meraih kursi DPRD Wonogiri di Pemilu 2024. Apalagi, Partai Buruh hanya mencalonkan satu caleg di masing-masing dapil.
Potensi DPT
Dia sadar betul dengan jumlah caleg yang sedikit bukan perkara mudah bagi caleg Partai Buruh untuk mendapatkan kursi di DPRD Wonogiri. Karenanya dia tidak pesimistis meski juga tidak terlalu optimistis untuk bisa meraih kursi. Partai Buruh sebagai partai baru berusaha mengikuti kontestasi Pemilu 2024 secara optimal.Sementara caleg Partai Gerindra dari Dapil III, Suryo Suminto, mengaku cukup yakin bisa mendapatkan satu kursi meski tidak ada petahana dari partainya. Jumlah caleg Partai Gerinda di dapil III ada 10 orang, sesuai kuota maksimal di dapil tersebut, sehingga peluang untuk meraih kursi cukup besar.
Di sisi lain, Ketua DPC PDIP Wonogiri, Joko Sutopo, menyampaikan tidak sepakat jika peluang caleg pendatang baru untuk mendapatkan kursi dinilai lebih kecil dibandingkan calon petahana.
Menurut Jekek, sapaan akrabnya, baik caleg pendatang baru maupun petahana memiliki peluang yang sama jika melihat sistem penghitungan menggunakan metode Sainte Lague.
Hal itu dengan catatan parpol bisa memaksimalkan potensi daftar pemilih tetap (DPT) yang ada sehingga akan mudah bagi pendatang baru untuk mendapatkan kursi.
”Caleg itu bisa raih suara paling banyak, paling sekitar 10.000 suara, tidak bisa lebih dari 10% [DPT], maka dari itu strategi yang kami lakukan adalah meminta masyarakat coblos partai. Di kami, tidak ada coblos by name,” ucap Jekek.