Esposin, WONOGIRI -- Sepak terjang atau rekam jejak calon anggota legislatif atau caleg menjadi pertimbangan penting bagi warga Wonogiri untuk memilih pada Pemilu 2024 ini. Hal itu berlaku baik untuk incumbent atau petahana maupun pendatang baru.
Salah satu warga Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, Suyadi, 55, mengaku lebih sreg memilih petahana DPRD Wonogiri pada Pemilu 2024. Menurutnya, petahana lebih mudah dilacak latar belakang dan sepak terjangnya dibandingkan pendatang baru.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Baginya, latar belakang caleg menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan pilihan. Latar belakang itu antara lain meliputi pekerjaan, kinerja selama menjadi anggota legislatif, komunitas atau lingkungan, dan kondisi ekonomi caleg.
Beberapa hal itu menjadi pertimbangan penting bagi warga Jatisrono, Wonogiri, itu untuk menentukan pilihan caleg pada Pemilu 2024. Caleg yang latar belakangnya tidak jelas, tidak akan dia pilih.
“Kalau orang desa seperti saya, yang penting lihat kinerja caleg itu bagaimana. Kalau bagus ya dipilih. Itu kan bisa dinilai, misalnya selama menjabat sebagai anggota dewan, apakah bisa merealisasikan janji dan bisa merealisasikan aspirasi warga. Kalau caleg pendatang baru itu belum bisa dipercaya,” kata Suyadi saat dihubungi Esposin, Rabu (31/1/2024).
Namun demikian, Suyadi menilai pendatang baru sebenarnya bisa merebut suara caleg petahana asal mau bekerja lebih keras. Warga Wonogiri mudah tersentuh hati ketika para caleg bisa langsung mendatangi konstituen door to door alih-alih berkampanye dengan cara memasang baliho atau mengumpulkan massa.
Dengan meminta doa restu serta menjelaskan visi-misi secara langsung, warga pasti lebih bersimpati. Masalahnya, sejauh ini belum ada caleg pendatang baru di dapilnya yang melakukan kampanye door to door tersebut, sehingga ia tidak bisa mengenal mereka lebih dekat.
Enggan Berspekulasi
“Saya sendiri tidak mau berspekulasi dengan memilih caleg pendatang baru yang belum teruji atau belum kenal. Kalau mereka mau kampanye door to door mungkin warga desa bisa pilih mereka. Karena cara itu cukup efektif menyentuh hari warga,” ungkap dia.Berbeda dengan warga Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, Adibulkhoir, 30. Ia mengatakan pada Pemilu 2024 ini akan memilih caleg pendatang baru. Pertimbangan itu lebih didorong aspek subjektivitas karena caleg yang dia pilih merupakan temannya dan dia tahu rekam jejaknya.
Walaupun ia juga sama sekali tidak yakin caleg yang dipilih akan mendapatkan kursi di DPRD. Hal itu karena kenyataan di lapangan banyak warga desa sekitarnya akan memilih caleg petahana. Warga desa dan caleg petahana pada umumnya sudah menjalin kontrak politik.
Sebagai contoh, warga mau memilih caleg tertentu asal caleg itu mau membantu pembangunan infrastruktur desa. Adib memaklumi hal tersebut karena wilayah Tirtomoyo memang jauh dari pusat kabupaten dan lebih dekat dengan Provinsi Jawa Timur.
Kondisi itu menyebabkan desa yang berada di wilayah pinggiran kurang mendapatkan perhatian dalam pembangunan. “Maka, ketimbang bertahun-tahun enggak diperhatikan, mereka bikin semacam kontrak politik itu. Biasanya dengan caleg petahana. Kalau tidak begitu, daerah sini malah enggak dapat apa-apa,” ucap dia.
Warga Kecamatan Wonogiri, Wima Ridho Laksana, 24, menyampaikan meski belum menentukan pilihan, tetapi dia lebih condong akan memilih caleg baru pada Pemilu 2024, terutama yang masih muda.
Dia beralasan generasi-generasi mudah harus diberikan kesempatan untuk turut membangun daerah. Selama ini wakil pemuda di lembaga legislatif Wonogiri sangat jarang.
Sementara itu, warga Kecamatan Batuwarno, Itong, mengatakan secara umum warga di desanya masih akan memilih caleg petahana. Caleg petahana dianggap warga sudah memiliki ketokohan di masyarakat.
Door to Door Jadi Model Kampanye Paling Efektif
Adapun warga yang menghendaki perubahan dengan memilih caleg baru juga ada tetapi jumlahnya masih kalah dengan warga yang memilih petahana.“Pertimbangan saya memilih caleg itu yang saya anggap bisa menyalurkan aspirasi kelompok. Saya berkecimpung di sektor pertanian dan kehutanan, maka caleg yang perhatian dengan hal itu, bakal saya pilih,” jelas pria setengah baya itu.
Pengamat politik Wonogiri, Bambang Tetuko, menjelaskan caleg petahana diuntungkan dengan waktu lima tahun terakhir yang bisa menyapa warga sebagai wakil mereka. Para caleg petahana itu memiliki rekam jejak dan pasti lebih dikenal masyarakat. Mereka juga tidak mungkin akan membiarkan kantong-kantong massanya hilang.
“Apalagi konstituen di Wonogiri ini kan cukup mudah. Yang penting mereka ndelok tilase [melihat rekam jejaknya] maka akan dipilih. Kalau petahana itu kerjanya bagus, di masyarakat tidak ada masalah. Peluang dipilih lagi makin besar,” ujar dia.
Pakar Hukum Tata Negara Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, baru-baru ini menyampaikan kampanye caleg akan lebih efektif mendapatkan suara apabila dilakukan dengan cara door to door.
Selain lebih mudah mendapatkan simpati warga, cara itu juga jauh lebih murah dibandingkan hanya mengandalkan pemasangan baliho dan cara ilegal sepeti money politic.
Menurut Agus, dengan kampanye door to door, konstituen akan lebih merasa dihormati dan dianggap ada. Peserta pemilu tidak perlu menjual gagasan yang terlalu berat diterima warga. Dengan hanya datang mengenalkan diri secara ramah, mereka akan mudah diterima.
“Wong Jawa nek diuwongke itu pasti senang. Ibaratnya, kalau ada warga [mengadakan]pesta, jangan hanya duduk di depan, tetapi ke dapur. Itu lebih disukai warga,” kata Agus.