by Kurniawan - Espos.id Solopos - Kamis, 10 Februari 2022 - 23:39 WIB
Esposin, SOLO -- Ketua Komisi III DPRD Solo, YF Sukasno, mengakui masih ada sebagian warga Kota Bengawan yang tidak memiliki jamban sendiri. Hal itu dikarenakan sejumlah sebab, seperti kondisi rumah yang tak memungkinkan dibuat jamban sendiri.
Namun, Sukasno mengatakan sudah ada solusi mengenai itu. Untuk keperluan buang hajat, warga menggunakan instalasi pembuangan air limbah (IPAL) komunal dan MCK bersama.
“Iya memang ada, karena kondisi rumah yang tak memungkinkan dibuat jamban. Maka solusinya IPAL komunal dan MCK bersama yang dikelola kelompok swadaya masyarakat. Itu malah bagus karena ada penjaga,” ujarnya kepada Esposin, Kamis (10/2/2022).
Baca Juga: Walah, 40 Ribuan Keluarga di Solo Tak Punya Jamban Sendiri
Baca Juga: Walah, 40 Ribuan Keluarga di Solo Tak Punya Jamban Sendiri
Orang yang bertugas menjaga itu, menurut Sukasno, juga bertanggung jawab membersihkan MCK secara rutin agar selalu bersih saat digunakan warga Solo yang tak punya jamban sendiri. MCK bersama dan IPAL komunal tersebut menurutnya sudah ada di sejumlah permukiman padat penduduk di wilayah Solo.
“Di beberapa lokasi sudah ada MCK sekaligus IPAL komunalnya. Fasilitas itu bisa dipakai oleh beberapa keluarga. Kan kita [Solo] ada program 100 0 100, sanitasi berbasis masyarakat. Itu yang dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat,” urainya.
Mengenai wilayah kecamatan yang paling banyak memiliki daerah kumuh dan warga tak memiliki jamban di Kota Solo, Sukasno mengaku tak hafal. “Program keroyokan DPUPR, Disperkim, DLH dan Kotaku bisa mengurangi daerah kumuh kota,” terangnya.
Sedangkan legislator DPRD Solo dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Antonius Yogo Prabowo, mengaku merasa terkejut dengan masih banyaknya penduduk Solo yang tak punya jamban sendiri, sehingga harus menggunakan jamban komunal.
“Artinya ada PR besar dari Pemkot Solo yang harus diselesaikan. Karena indikator Kotaku sebuah rumah layak huni salah satunya tentang jamban. Ini poin penting yang kadang terlupakan. Ini salah satu hajat hidup utama tiap warga,” katanya.
Baca Juga: Ada 80 IPAL, Pencemaran Limbah di Kali Jenes Solo Masih Saja Terjadi
Yoga, panggilan akrabnya, meminta agar program penyediaan jamban bagi warga Solo menjadi prioritas bagi Pemkot Solo ke depannya. “Harus jadi prioritas program. Ini perlu dikritisi dan dikawal, jadi perjuangan Pemkot Solo,” sambungnya.
Baca Juga: Kisah Putri Penunggu Mata Air yang Tak Bisa Berhenti Mengalir di Solo
Jumlah itu setara 22,68 persen dari 192.174 rumah tangga yang terdata berdasarkan hasil survei publikasi statistik kesejahteraan rakyat 2021 dari BPS baru-baru ini. Kepala BPS Solo, Toto Tavirijanto, menjelaskan dari hasil survei diketahui juga mayoritas penduduk menggunakan sumur pompa sebagai sumber air utama untuk mandi dan cuci.
Jumlahnya 65,86 persen. Sedangkan warga yang menggunakan aliran air PDAM Solo hanya 26,75 persen. Sisanya menggunakan sumber mata air lainnya. “Semakin kemampuan ekonominya rendah, semakin tinggi tingkat pemakaian air menggunakan air sumur,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (8/2/2022) lalu.