Langganan

2 Bulan Gropyokan di Sawah, Petani Juwiring Klaten Tangkap 1.500 Ekor Tikus - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Taufiq Sidik Prakoso  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 11 Januari 2024 - 19:38 WIB

ESPOS.ID - Petani di Desa/Kecamatan Juwiring, Klaten, melakukan gropyokan tikus di area persawahan desa setempat, Kamis (11/1/2024). (Istimewa/petani Juwiring)

Esposin, KLATEN -- Gerakan gropyokan tikus di area persawahan terus digencarkan oleh para petani di Desa/Kecamatan Juwiring, Klaten. Pada Kamis (10/1/2024) pagi, para petani berhasil menangkap ratusan ekor tikus dalam gropyokan.

Sedangkan dari kegiatan serupa yang dilakukan sejak Desember 2023 hingga Januari 2024 ini, para petani berhasil menangkap setidaknya 1.500 ekor tikus.

Advertisement

Kegiatan itu dilakukan kelompok tani bersama penyuluh pertanian lapangan (PPL), Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), kecamatan, hingga Babinsa. Mereka memburu tikus yang bersarang di lubang-lubang pematang sawah.

“Jumlah total tikus yang berhasil ditangkap [pada Kamis] ada 298 ekor,” kata Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan DKPP Klaten, Lilik Nugraharja, saat berbincang dengan Esposin, Kamis.

Advertisement

“Jumlah total tikus yang berhasil ditangkap [pada Kamis] ada 298 ekor,” kata Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan DKPP Klaten, Lilik Nugraharja, saat berbincang dengan Esposin, Kamis.

Lilik menjelaskan pengendalian tikus yang menyerang sawah paling efektif dilakukan melalui gerakan gropyokan seperti yang dilakukan petani di Juwiring, Klaten. Gerakan itu ramah lingkungan dan bisa efektif menangkap tikus dalam jumlah banyak dalam satu waktu.

Selain itu, upaya pengendalian bisa dilakukan dengan pemanfaatan burung hantu atau Tyto alba. Caranya, petani membuat rumah burung hantu (rubuha) di area persawahan. Cara itu sudah dilakukan oleh sebagian petani di Kabupaten Bersinar dan terbukti sukses mengendalikan serangan tikus.

Advertisement

Anggota kelompok tani Murih Raharjo Desa Juwiring, Ruli, mengatakan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tikus di area persawahan Desa Juwiring merebak sejak Agustus 2023 lalu.

Serangan tikus membuat petani kelimpungan karena merusak tanaman padi. Akibatnya petani mengalami gagal panen. “Ada yang masih bisa panen, namun hanya sekitar 30 persen saja hasilnya,” kata Ruli.

Dia menjelaskan gerakan gropyokan tikus sudah dilakukan kelompok tani Murih Raharjo Desa Juwiring, Klaten, sebanyak lima kali termasuk yang digelar pada Kamis pagi. Dari lima kali gropyokan selama Desember 2023-Januari 2024, petani Desa Juwiring yang tergabung dalam kelompok tani Murih dan Marsudi sudah menangkap sekitar 1.504 tikus.

Advertisement

Tikus yang berhasil diburu kemudian dimatikan dengan cara dipukul dan dikubur. “Tikus suka membuat sarang di area pematang sawah. Makanya yang kami cari dan gali adalah lubang-lubang di pematang sawah yang diperkirakan menjadi sarang tikus,” jelas dia.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif