by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Minggu, 17 Desember 2023 - 21:11 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Sektor pertanian selama ini menjadi penyumbang pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Wonogiri setiap tahunnya dengan total 197.000-an orang yang bekerja dan menggantungkan hidup sebagai petani.
Berdasarkan data yang diperoleh Esposin dari hasil Sensus Pertanian (ST) 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan lalu, total jumlah petani di Wonogiri ada 197.508 orang.
Para petani itu tersebar di 25 kecamatan yang ada di Kota Sukses dengan jumlah terbanyak ada di Kecamatan Pracimantoro sebanyak 13.753 orang. Disusul Purwantoro sebanyak 11.472 orang, dan Eromoko sebanyak 11.459 orang.
Kecamatan Selogiri yang menjadi salah satu daerah lumbung padi di Wonogiri ternyata tidak masuk 10 kecamatan dengan jumlah petani terbanyak. Jumlah petani di Selogiri hanya 4.506 orang, terendah kedua setelah Batuwarno sebanyak 4.432 orang.
Kecamatan Selogiri yang menjadi salah satu daerah lumbung padi di Wonogiri ternyata tidak masuk 10 kecamatan dengan jumlah petani terbanyak. Jumlah petani di Selogiri hanya 4.506 orang, terendah kedua setelah Batuwarno sebanyak 4.432 orang.
Lebih lengkapnya, berikut data 10 kecamatan di Wonogiri yang memiliki jumlah petani terbanyak berdasarkan hasil ST 2023:
Bagi generasi lama pun, pertanian kurang menjanjikan kesejahteraan karena kecenderungan yang terjadi mereka tergolong petani gurem. Petani masuk kategori gurem jika hanya menguasai maksimal 0,5 hektare lahan. Artinya lahan yang ada tidak cukup menguntungkan dari sisi pendapatan sehingga tak jarang petani mesti mencari sumber pendapatan lain untuk mencukupi kebutuhan.
Jumlah petani umur lebih dari 39 tahun menggunakan teknologi digital sebanyak 106.347 orang. Ada sejumlah tantangan besar yang membuat regenerasi petani di Wonogiri sulit dilakukan.
Mulai dari akses kepemilikan lahan yang sulit, tidak ada kepastian harga komoditas hasil panen, dinilai tidak menguntungkan, butuh terlalu banyak modal, dipandang bukan pekerjaan prestisius, lahan pertanian sulit pengairan, dan lain-lain.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengakui sektor pertanian memang menyumbang PDRB paling besar di Wonogiri, yaitu 29,10%.
Namun, hal itu diakui belum bisa memberikan kesejahteraan kepada petani. Bertambahnya petani gurem masih menjadi persoalan mengapa petani belum bisa hidup layak di Wonogiri.
“Tetapi, untuk menjadi wilayah yang maju, PDRB yang tinggi harus berubah, dari yang semula dari sektor pertanian menjadi industri. Sektor pertanian akan tetap menjadi penopangnya,” kata Baroto.
Dia menambahkan berdasarkan data Dispertan Pangan Wonogiri, luas lahan sawah lestari dan dilindungi sekitar 34.000 ha dan jumlah petani padi di Wonogiri lebih kurang 170.000 orang.
Artinya kepemilikan lahan petani rerata hanya 2.000 meter persegi atau 0,2 hektare. Padahal idealnya, luas lahan pertanian pangan minimal 2 ha. “Maka untuk kesejahteraan petani, memang masih jauh,” kata Baroto.