Esposin, KLATEN–Warga Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, menggelar tradisi Merti Tirta, Selasa (16/7/2024), di desa setempat. Tradisi itu digelar sebagai ungkapan syukur atas limpahan sumber air yang ada di desa tersebut serta berkahnya.
Tradisi itu diawali dengan pengambilan air dari sumber mata air yang ada di Desa Ponggok. Umbul itu yakni Ponggok, Sigedang, Kapilaler, Besuki, serta Cabowo. Air-air itu kemudian dimasukkan ke kendi.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Malamnya, kepala desa (kades), perangkat desa, lembaga desa, pedagang di kawasan objek wisata, serta warga mengikuti kirab dari pintu masuk Umbul Sigedang-Kapilaler menuju sumber mata air. Selain membawa air dari sejumlah sumber mata air di Ponggok, iring-iringan kirab membawa belasan tumpeng dan tujuh ingkung.
Sesampainya di Umbul Kapilaler, Kades melepaskan dua ikan di Umbul Kapilaler yang masing-masing diberi nama Nilamsari dan Ki Suro. Setelah itu, ada penanaman pohon beringin yang kemudian disiram menggunakan air dari kendi yang dibawa iring-iringan kirab.
Seusai kirab, warga berkumpul untuk menggelar zikir, tahlil, serta doa bersama. Mereka kemudian bersama-sama menikmati tumpeng serta ingkung yang dibawa.
Kades Ponggok, Junaedi Mulyono, menjelaskan kegiatan itu menjadi agenda rutin di Desa Ponggok.
“Ini menjadi agenda rutin yang dilakukan di Ponggok sebagai wujud syukur atas anugerah alam, anugerah sumber daya alam yang ada di Ponggok yang diberikan sangat berlimpah oleh Yang Maha Kuasa. Hari ini kami semua mengadakan tasyakuran,” kata Junaedi.
Tak hanya menjadi sumber kehidupan bagi warga Ponggok dan sekitarnya, pemanfaatan umbul yang ada di Ponggok menjadi sumber mata pencaharian warga. Melalui pengelolaan wisata tirta, kesejahteraan warga setempat meningkat.
“Alhamdulillah melalui pengelolaan air yang dulunya air ini hanya dibiarkan mengalir begitu saja, saat ini menjadi berkah untuk kegiatan pariwisata. Membuka lapangan pekerjaan bagi warga, bisa menggerakkan UMKM,” ungkap dia.
Junaedi menjelaskan pariwisata di Ponggok kini terus berkembang. Bahkan, setiap RW di desa tersebut ada pariwisata.
Tak sekadar memanfaatkan, lanjut Junaedi, upaya menjaga kelestarian mata air yang ada di Ponggok juga terus dilakukan. Di desa tersebut ada water defender, kelompok yang merawat kelestarian sumber air di Ponggok termasuk di alur sungai.
Para water defender itu merupakan para pengelola wisata yang ada di Ponggok.
Junaedi menjelaskan kegiatan Merti Tirta juga menjadi bagian dari upaya konservasi. Dia menjelaskan selama ini terus berkolaborasi dengan para pengelola wisata di wilayah lereng Gunung Merapi dan Merbabu.
“Kami mendorong teman-teman di sana untuk kolaborasi. Kelangsungan air yang ada sini itu kan tangkapan airnya ada di Merapi-Merbabu. Yang air hujan 20 persen masuk ke tanah kemudian ribuan tahun air mengalir sampailah di daerah tengah ini termasuk Ponggok. Jangan sampai kami melupakan teman-teman yang ada di bagian hulu karena saling berkaitan,” kata Junaedi.
Dia mendorong ada blue print manajemen air dari hulu, tengah, hingga hilir. Tujuannya, ada kesadaran dan aksi bersama untuk terus menjaga kelestarian air dari sisi hulu, tengah, hingga hilir.
Sementara itu, Ketua Lembaga Usaha Produktif Milik Masyarakat Desa (LUPMMDes) Ponggok, Triyono, menjelaskan tradisi Merti Tirta itu dimaksudkan sebagai salah satu upaya menjaga ekologi dan konservasi.
Dia juga menjelaskan kegiatan itu menjadi agenda tahunan. Tak menutup kemungkinan di masa mendatang kegiatan itu bisa menambah daya tarik wisata di Ponggok.
Salah satu warga Dukuh Umbulsari, Ponggok, Santi, 43, menjelaskan kegiatan itu sudah menjadi agenda rutin dan melibatkan seluruh elemen warga di Ponggok.
“Harapan dari warga, setiap sumber air dilancarkan semuanya. Soalnya air ini kan jadi mata pencaharian warga setempat. Sama tradisi seperti ini bisa terus dilestarikan,” kata Santi.