Esposin, KLATEN -- Gara-gara angkringan, warga di Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten dinilai berhasil menaikkan kualitas hidup mereka. Mayoritas warga di daerah setempat ternyata mampu menguliahkan anak dari hasil angkringan.
Kepala Desa (Kades) Ngerangan, Sumarno, mengatakan Desa Ngerangan terdapat 1.800 kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut, separuhnya memilih bergelut di bidang usaha angkringan. Jumlah pelaku usaha angkringan di Ngerangan mencapai 900 orang.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
"Usaha angkringan ini disukai warga karena tuntutan ekonomi simpel saja. Angkringan itu merdeka tanpa ada tekanan dari siapapun. Jika badan lelah, ya istirahat saja," terang Sumarno kepada Esposin, Senin (8/8/2022).
Tipe usaha angkringan di Ngerangan, Bayat ada yang mandiri dan menjadi juragan. Hasil usaha angkringan mandiri senilai Rp300.000 per hari. Sedangkan selaku juragan angkringan bisa mencapai Rp3 juta per hari.
"Dengan angkringan bisa mencukupi kebutuhan sekolah [biaya sekolah] dan kebutuhan sehari-hari cukup," katanya.
Baca Juga: Sabar Lur! Taman Kuliner Klaten Ditarget Mulai Beroperasi Tahun 2023
Inisiator Kampung Pariwisata Ngerangan, Mucshin Dwi, mengatakan hasil usaha angkringan di Ngerangan, Bayat mampu meng-cover biaya kuliah.
"Bisa dikatakan 90 persen anak pelaku angkringan adalah lulusan S1. Sekarang ini ada angkringan atau HIK dengan konsep milenial. Menunya, seperti spageti," katanya.
Salah seorang penjual angkringan di Desa Ngerangan, Ngatiyo, mengaku sudah menggeluti usaha angkringan sejak tahun 1988. Menu khas angkringan, yakni teh dengan ramuan khusus dan aneka baceman.
Baca Juga: Bermalam di Jl. Mayor Kusmanto Demi Jaga Lapak Jualan di CFD Klaten
"Kalau di sini khasnya ada teh dengan ramuan khusus yang sudah turun-temurun. Ada teh khusus dan baceman yang khusus," katanya.