Esposin, SOLO - Persatuan Seniman Komedi Indonesia (Paski) Jawa Tengah (Jateng) membidik tiga alternatif lokasi untuk pembangunan museum komedi yang akan dinamai Museum Dagelan Indonesia.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Ketua Paski Jateng, Tri Harjono, mengatakan tiga lokasi itu berdasarkan hasil survei beberapa waktu lalu bersama pelawak Didin Bagito yang juga Wakil Ketua Umum Paski Pusat.
Tiga lokasi itu di Taman Gesang di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), kawasan Benteng Vastenburg, dan di lahan kosong di dekat Museum Keris Sriwedari yang saat ini masih tahap pembangunan.
“Dari tiga tempat itu, kami masih mempertimbangkan berbagai hal. Apakah lokasinya strategis untuk dikunjungi, keamanannya, dan status lahannya. Kami tidak ingin nantinya muncul permasalahan sehingga museum itu tergusur,” katanya saat ditemui di kediamannya di Perumahan Fajar Indah Solo, Kamis (8/10/2015).
Menurutnya dari hasil survei sementara, Taman Gesang di TSTJ dipilih karena sekaligus mengenang maestro keroncong asal Solo. Selain itu, museum tersebut bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk datang ke TSTJ.
Sedangkan di Benteng Vastenburg, ia berharap bisa meramaikan benteng yang mayoritas hanya dimanfaatkan untuk pertunjukan seni dan konser musik.
Sementara, alternatif di dekat Museum Keris di Sriwedari karena lahan itu dinilai aman dari sengketa yang kini ramai dibicarakan. Sebab, letak Museum Keris yang masih tahap pembangunan itu berada di sebelah Stadion Sriwedari.
Demi merealisasikan rencana itu, Tri sudah berkoordinasi dengan para pelawak nasional. Dalam waktu dekat ia berencana mengadakan audiensi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo sebelum bertemu dengan Direktur Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, Kacung Marijan, di Jakarta.
“Di dalam rencana pembangunan Museum Dagelan Indonesia ini kami tidak ingin memberatkan Pemkot Solo. Kami hanya ingin meminta restu agar rencana ini berjalan dengan lancar. Terkait dana pembangunannya yang bisa mencapai miliaran rupiah, kami akan berkoordinasi dengan para pelawak nasional dan 20 Pengda [Pengurus Daerah] Paski di seluruh Indonesia,” ujar dia.
Tri berharap pada akhir 2016, pembangunan museum itu bisa mulai direalisasikan, lalu diresmikan dalam dua atau tiga tahun setelahnya.
Sebagai gebrakan kali pertama untuk menyosialisasikan rencana itu, akhir Oktober ini ia akan mengadakan pertunjukan lawak di Car Free Day (CFD) Slamet Riyadi sambil menggalang dana. Aksi dukungan itu juga akan dilakukan di 20 Pengda Paski yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Kami ingin pembangunan museum ini benar-benar terwujud karena akan menjadi satu-satunya museum komedi di Indonesia. Dari museum itu, kami juga ingin memberikan penghargaan bagi para komedian di Indonesia dari zaman kerajaan hingga saat ini. Jadi, museum bisa menjadi wahana edukasi bagi generasi penerus untuk mengetahui sejarah lawak di Indonesia,” tutur dia.
Nantinya, di dalam museum akan berisi sejarah tentang lawak dari seluruh Indonesia, ciri khas masing-masing pelawak, serta foto-foto tokoh lawak. Saat ini, ia meminta 20 Pengda Paski untuk mengumpulkan data-data tentang sejarah lawak di daerah masing-masing. Hasil inventarisasi itu akan dipamerkan di museum.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Eny Tyasni Suzana, mengapresiasai ide pembangunan Museum Dagelan Indonesia itu. Namun, ia mengimbau untuk mengkaji lebih dalam terkait tujuannya, lokasi, isi museum, pengembangan, dan pemeliharaannya.
“Membangun sebuah museum itu tidak mudah. Kami saja yang membangun Museum Keris di Sriwedari, prosesnya lama, mencapai tiga tahun. Rencananya museum itu diresmikan tahun depan. Kami setuju saja kalau ada Museum Dagelan Indonesia, tetapi harus jelas peruntukannya sehingga bisa bermanfaat untuk umum,” katanya.