Esposin, SRAGEN — Wayang kulit tua berusia sekitar 100 tahun di Dukuh Ngelo RT 007, Desa Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, adalah milik Ami Rumini, 50. Ia mewarisi wayang kulit itu dari ayahnya. Ayah Ami mewarisi wayang itu dari kakek Ami yang dikenal dengan sebutan Mbah Bayan.
Menurut Ami Rumini, wayang kulit itu dulu dibeli Mbah Bayan lengkap dengan satu set gamelan laras, slendro, dan pelog. Ia kini hanya menyimpan wayangnya, sementara gamelannya dipinjamkan ke gereja. “Wayang ini menjadi satu-satunya wayang di Desa Jenar," ujarnya, Selasa (8/3/2022).
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Ami mengatakan wayang itu disimpan di dalam kotak kayu lama. Ia menyebut kotak tersebut ada "penunggunya" yang berwujud Petruk dengan mata merah.
Baca Juga: Warga Sragen Simpan Wayang Berusia 100 Tahun, Disebut Ada Penunggunya
Sementara itu, Kepala Desa Jenar, Samto, masih ingat wayang peninggalan Mbah Bayan pada zaman 1920-an itu kali terakhir digunakan untuk pertunjukan wayang pada tahun 1998 lalu.
Ia mengingat saat pertunjukkan, dalang meletakkan salah satu tokoh wayang yakni Permadi ke beseknya. Kemudian mendadak dalang dan sindennya pingsan semua. “Pertunjukkan wayang itu pun berhenti hingga pukul 24.00 WIB. Sejak itu tidak ada yang berani menggunakan wayang itu untuk pertunjukkan,” ujarnya.
Baca Juga: Karena Mitos, Warga Dukuh di Sragen Ini Emoh Menikah dengan Tetangga
Samto mengaku tidak berani membuka kotak berisi wayang kulit tersebut. Kotak itu disimpan Ami di kotak kayu lama menempel dengan saka guru bangunan rumah berdinding kayu dan informasinya tidak mau dipindah.
Kotak kayu itu akhirnya dibuka oleh Tim Ekspedisi Sukowati. Anggota Tim Ekspedisi Sukowati, Lilik Mardiyanto, melakukan ritual membakar dupa sebelum membuka kotak itu.
Anggota lainnya, Bambang Purwanto, yang memiliki indera keenam mencoba berkomunikasi dengan sosok penunggu kotak itu agar diizinkan untuk membukanya dan melihat wayang di dalamnya.
Baca Juga: Pria Sragen Ini Koleksi Lembaran Lontar Peninggalan Era Mataram
“Kami membuka wayang di Jenar itu pada pekan lalu. Kebetulan Tim Ekspedisi Sukowati dimintai bantuan Pak Kades Jenar untuk menuliskan kisah sejarah Jenar. Setelah dilihat ternyata banyak wayang yang sudah rusak karena jarang dibuka sehingga lembab. Tangan-tangan wayangnya juga banyak yang putus talinya," ujar Lilik, Selasa.