Esposin, SOLO--Wayang ternyata menyimpan banyak makna filosofi di dalamnya. Hal tersebut tersaji dalam pagelaran wayang kulit bertajuk “Wayang Dunung” di Kantor Kelurahan Keprabon pada Kamis (29/8/2024) malam.
Pagelaran wayang kulit ini diselenggarakan oleh Sinergitas Kampung Wisata Kelurahan Keprabon Maju Bersama (Sintaboma) menghadirkan dalang Ki H. Sunaryo.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Ki Sunaryo sengaja menggunakan kata dunung sebagai tema pertunjukan agar selaras dengan tujuan pertunjukan Wayang Dunung, yaitu memahamkan para penonton tentang arti filosofis wayang.
“Wayang itu berasal dari kata wajib sembahyang. Nah, sembahyang (berasal) dari (kata) sembah Hyang (Tuhan). Maka dari itu, salat juga kadang kita sebut jadi sembahyang,” ungkapnya awali pertunjukan
Punakawan, yang beranggotakan Semar, Gareng, Petruk, Bagong, menjadi tokoh sentral sekaligus medium Ki Sunaryo dalam pagelaran wayang kulit tersebut.
“Punakawan itu berasal dari kata pana dan kawan. Pana berarti paham, sementara kawan berarti teman. Maksude teman yang paham perkara dunia-akhirat,” jelas dia.
Masing-masing tokoh ia ceritakan satu-satu mulai dari Semar hingga Bagong. Semar yang memiliki arti nama paku mengajarkan diri untuk menjadi pribadi ideal, yang tegak lurus memegang prinsip dan keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara Gareng, berasal dari bahasa arab “nalaa qarin” yang berarti perbanyaklah teman.
“Maksude nalaa qarin atau Gareng itu adalah perbanyak teman. Perbanyak teman untuk diajak berbuat baik, diajak beribadah.”
Kemudian Petruk berasal dari penggalan kalimat tasawuf “Fatruk kulla maa siwallahi” yang berarti tinggalkanlah hal-hal selain Allah.
Sunaryo menjelaskan Petruk mengajarkan manusia untuk meninggalkan larangan Tuhan dan menjauhi perbuatan yang sia-sia. Sementara Bagong digambarkan sebagai tokoh ngeyelan, tapi pada akhirnya selalu mengikuti ajakan baik kawannya.
Wayang Dunung ini merupakan acara puncak dari Gelar Budaya Keprabon Arunika. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ketua Sintaboma, Catur Setyawan.
“Wayang Dunung ini menjadi acara puncak sekaligus penutup rangkaian acara Keprabon Arunika yang digelar selama 4 hari mulai 25-29 Agustus," jelas dia kepada Esposin, Kamis malam.