Esposin, SUKOHARJO - Prevalansi stunting di Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, berangsur turun berdasarkan catatan Puskesmas Polokarto. Sementara enam desa di Kecamatan Polokarto turut membangun warung serba ada (Waserda) sebagai upaya pencegahan dan penanganan stunting.
Kepala Puskesmas Polokarto, Novia Dwi Ernawati kepada Esposin pada Senin (30/10/2023) menyebut prevalansi stunting di Polokarto kini menempati angka 6,59%. "Stunting di Polokarto pada 2021 berada di angka 11,6% kemudian 2022 menurun menjadi 9,93%. Sementara sampai dengan September 2023 ini angka stunting di Polokarto mencapai 6,59%," beber Novia.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Menurutnya, sejumlah program telah digeber demi menurunkan angka stunting di kecamatan yang didapuk memiliki angka stunting tertinggi di Sukoharjo itu. Sejumlah program yang telah dijalankan di antaranya pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita, kelas ibu hamil, pemberian tablet zat besi penambah darah, penyuluhan, termasuk pembekalan pengetahuan kepada calon pengantin.
Tak hanya itu menurutnya kerja sama lintas sektoral juga terus dilakukan demi menekan angka stunting. Termasuk penanaman alpukat lebih dari 10.000 batang pohon di 25 hektare lahan yang tersebar di 17 desa di Polokarto. Buah alpukat telah dipercaya memiliki gizi cukup tinggi yang bisa menjadi salah satu upaya mengatasi stunting. Sejumlah agenda lain di bawah program Polokarto Nyengkuyung Pencegahan Stunting (Payung Penting) juga dilakukan selama 2023 ini.
Sementara itu, Camat Polokarto Heri Mulyadi menyebut sedikitnya ada enam desa yang menjadi lokasi dan fokus pencegahan dan penanganan stunting di Polokarto. Di antaranya Desa Mranggen, Kemasan, Bakalan, Polokarto, Bulu dan Jatisobo. Heri mengaku mengajak semua stakeholder ikut berperan aktif demi menekan angka stunting di kecamatannya itu.
Menurut Heri, pihaknya getol mencari program Corporate Social Responsibilty (CSR) dari BUMN. Sejumlah program CSR dari BUMN sudah mulai dijalankan di enam desa itu yang berupa Waserda. Di warung-warung itu sedikitnya ada 100 barang kebutuhan yang dijual, termasuk hasil UMKM atau hasil pertanian dan peternakan dari warga masyarakat yang turut diperjualbelikan.
"Bentuk bantuannya berupa pembangunan warung sebar ada sekaligus isi dan perlengkapannya. Bahkan, termasuk gaji untuk pengelola selama 1 tahun. Saat ini sudah mulai dibangun, ada yang sudah mulai dijalankan salah satunya waserda di Desa Polokarto," terang Heri.
Sementara itu, Kepala Desa Polokarto Suharno mengatakan waserda di desanya dibangun di area balai desa. Hal ini ditempuh untuk meminimalkan persaingan usaha dan iri hati dari para warga. Mengingat jika dibangun di lahan warga, dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial.
Selain itu pembangunan di balai desa juga dilakukan agar tidak mematikan warung-warung milik warga. Lantaran dari sisi harga, waserda lebih murah dibandingkan warung milik warga. Lebih lanjut Suharno mengklaim dibangunnya waserda di lingkungan balai desa tidak mengganggu pelayanan pada masyarakat. Justru, keberadaan waserda itu dinilai bisa mempercepat pelayanan di desa.
"Kalau ada yang butuh fotokopi, bisa di waserda. Kalau ada kegiatan di balai desa, bisa sekalian belanja. Sementara ini, pengelolaan waserda dilakukan oleh pemerintah desa. Meski begitu, ada sedikit bagi hasil untuk Tim Penggerak PKK Desa," katanya.
Sementara itu bantuan CSR juga diwujudkan berupa kandang ayam komunal di enam desa lengkap dengan 100 ekor bibit ayam petelur. Salah satunya telah dibangun di Dusun Panguripan, Desa Polokarto. Mereka bahkan sudah memanen telur dan membagikannya secara gratis satu butir per hari kepada penderita stunting di desa setempat.
Setiap harinya dari enam desa tersebut mendapat bantuan secara bergantian. Sementara di hari ketujuh pemanenan telur digunakan untuk menggaji pengelolaan kandang, biaya pakan, dan operasional.