Esposin, SRAGEN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen baru mampu menjangkau sebagian kecil dari keseluruhan potensi sampah di 20 kecamatan. Hal itu karena layanan pengelolaan sampah rumah tangga yang dimiliki pemkab terbatas.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Dengan tujuh kendaraan pengangkut sampah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen hanya bisa mengambil 70an ton sampah per hari. Padahal produksi sampah di Bumi Sukowati hampir mencapai 400 ton per hari.
"Masih sedikit sampah yang bisa kami tangani, sekitar 70 ton per hari. Sebab potensi sampah di seluruh kecamatan mencapai 300-400 ton per hari. Kami sesuaikan dengan kemampuan personel," ujar Kepala DLH Sragen, Nugroho EP, saat diwawancara wartawan, Kamis (5/10/2017).
Nugroho menjelaskan dari 20 wilayah kecamatan di Sragen baru Gemolong dan Sragen kota yang sudah terjangkau layanan DLH. "Ya memang armada butuh lebih banyak. Tapi saat ini kita sesuaikan anggaran dan kemampuan," imbuh dia.
Untuk wilayah yang belum terjangkau layanan armada kebersihan DLH, menurut Nugroho, sampah dikelola oleh warga. Sampah dikumpulkan dan dibuang ke bak-bak penampungan sampah di masing-masing rumah warga.
"Semua kan bertahap. Tak mungkin langsung semua wilayah bisa kami layani. Tapi secara insidentil kami sudah kerja sama dengan puskesmas. Warga perdesaan memanfaatkan lahan sendiri untuk sampah," kata dia.
Tim Penggerak (TP) PKK Desa Kecik, Kecamatan Tanon, Sragen, mengembangkan bank sampah untuk mengatasi masalah sampah di lingkungan mereka. Bank sampah jadi program unggulan TP PKK desa itu.
"Ibu-ibu rumah tangga di Kecik kalau masak di dapur sediakan dua tempat sampah. Yang sampah organik bisa dibuang, yang anorganik dipilah lalu dijual. Tujuannya lingkungan sehat," tutur Ketua TP PKK Kecik, Ny. Panio, kepada wartawan.
Dia menjelaskan ibu rumah tangga juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari sampah anorganik yang dipilah-pilah, dengan cara dijual ke pihak ketiga. Program itu diapresiasi TP PKK Sragen.