Esposin, SRAGEN — Keberadaan Kandang Wayang yang terletak di Dukuh Jenar, Desa Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, masih menyimpan banyak misteri. Warga yang tinggal di seputaran Kandang Wayang itu sampai sekarang dilarang menggelar wayangan.
Kalau ada warga yang nekat menggelar wayangan maka satu keluarga bisa meninggal dunia. Mitos itu sampai sekarang masih diyakini warga setempat. Dukuh tersebut dihuni 200-an keluarga (KK) dengan 460 jiwa yang menyebar di lingkungan RT 001 dan RT 002/RW 001.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Kepala Desa Jenar, Samto, menjelaskan karena adanya Kandang Wayang itulah maka warga di dua RT itu tidak boleh menggelar wayangan. Warga di RT lain di lingkungan Desa Jenar diperbolehkan.
Baca Juga: Wayang dan Gamelan Batu Ditemukan di Situs Kandang Wayang
Dia menerangkan Dukuh Jenar ini dulu merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Jenar. Dulu, camat dan danramil tinggal di Dukuh Jenar. Tetapi tempat itu sekarang sudah menjadi kebun tebu. Pusat pemerintahan Kecamatan Jenar kemudian pindah ke Desa Dawung.
Penjelasan Samto itu diamini sesepuh Dukuh Jenar, Darso Wiyono, yang sudah berumur 92 tahun. Darso menerangkan keberadaan Kandang Wayang itulah yang menyebabkan satu Dukuh Jenar tidak boleh menanggap wayangan. Dia mengungkapkan dulu pernah ada yang nekat menggelar pentas wayang. Satu keluarga itu habis, bahkan sampai generasi ketiga.
Baca Juga: Ditemukan Batu berbentuk Kuda dan Batu Berirama di Jenar Sragen
Ia menjelaskan di Kandang Wayang itu dulu ada dua batu bergambar wayang. Namun sekarang sudah tak ada lagi. Darso tak tahu di mana . "Kalau tidak salah itu batu Janaka dan Srikandi,” jelasnya.