Esposin, SRAGEN — Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen merupakan salah satu desa yang tidak memiliki potensi alam yang subur. Kondisi tersebut mendorong angka urbanisasi di Desa Jatibatur tinggi.
Mayoritas warga merantau ke Jakarta untuk menjadi pedagang serta sejumlah kota/kabupaten lain. Umumnya hanya orang tua yang menggarap tanah di kampung halaman.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Kondisi geografis serta tingginya angka urbanisasi juga membuat desa tidak memiliki pendapatan asli desa yang bernilai. Namun, kini warga ingin mengubah kondisi itu. Mereka bergotong royong mewujudkan desa wisata.
Kepala Desa Jatibatur, Sutardi, menjelaskan desanya merupakan salah satu desa tertinggal dengan jumlah penduduk sekitar 3.677 jiwa. Mayoritas warga di sana hanya mengharapkan hasil bumi dari tanah tadah hujan.
Baca Juga: Bakal Ada Destinasi Wisata Baru di Gemolong Sragen, Ini Lokasinya
Warga Jatibaru yang merantau itu memiliki komunitas, yakni Ikatan Keluarga Jatibatur. Mereka biasanya pulang ke kampung halaman bareng satu tahun sekali. Kini, warga sudah mulai berpikir untuk membangun desanya sehingga bisa mencari penghidupan di kampung halaman tanpa perlu merantau.
"Adanya momen pilkades kami membangun silaturahmi dengan Ikatan Keluarga Jatibatur. Kami mengajak mereka membangun potensi Sendang Kukun Gerit," kata Sutardi.
Ia menjelaskan desa wisata yang mereka garap bisa mendukung wisata Kawasan Sangiran. Dia mengajak para perantau ikut menjadi investor supaya perekonomian desa meningkat dan menciptakan lapangan kerja bagi warga setempat.
"Memang kami ingin warga punya pekerjaan di desa. Meningkatkan perekonomian warga melalui kegiatan wisata yang banyak pengunjungnya," ujarnya."Kami menawarkan pembangunan, namun kalau bergantung dana desa enggak mungkin satu tahun jadi, perlu minta bantuan ke berbagai instansi. Kalau bisa semua warga Jatibatur ikut investasi sehingga bisa mendapatkan hasil. Desa wisata ini akan dikelola BUMDes," lanjutnya.
Dia mengatakan pihkanya telah berhasil mengumpulkan investasi dari warga sekitar Rp1,4 miliar. Nilai investasi bervariasi namun setiap investor menanamkan modal minimal Rp250.000.
"Nanti bagi hasil dihitung setelah operasional dan mendapatkan keuntungan," paparnya.
Baca Juga: 7 Desa Wisata Jateng Meraih Penghargaan ADWI 2021, 2 dari Soloraya!
"Ketika masyarakat ikut andil kan akan merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab. Berbeda jika semua dengan dana desa mungkin masyarakat akan masa bodoh," ujarnya.
Menurut dia, desa harus membuka diri dan hadir dalam mengembangkan segala potensi desanya. Desa minimal hadir memberikan stimulan melalui dana desa.