Esposin, SOLO — Stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terus menjadi ancaman menjelang akhir era bonus demografi Indonesia. Kemiskinan, pernikahan dini, hingga kebijakan upah murah berkorelasi dengan fenomena ini.
Kisah pilu Rifka Dina Aulia, bocah tujuh tahun di Dusun Krajan, RT 010/RW 003, Desa Sindetlami, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang mencuat pada Februari 2022 lalu adalah potret buruknya kondisi penderita stunting. Gizi buruk dan kemiskinan sejak dia lahir membuat badannya sangat kurus, lemah, dan hanya bisa terbaring di rumah neneknya yang tanpa fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK) yang memadai.