Esposin, SOLO -- Warga Solo ramai-ramai mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan gas elpiji 3 kilogram (kg) atau gas melon melalui Unit Layanan Aduan Surakarta atau ULAS. Mereka mengeluh terutama sulit membeli gas di pengecer seperti warung kelontong.
Pantauan Esposin di laman ulas.surakarta.go.id, Selasa (3/9/2024), sejak pertengahan Agustus 2024, sudah ada puluhan warga Solo yang menuliskan keluhan terkait minimnya stok gas melon melalui laman ULAS.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Salah satu warga Solo, Pariyem, menuliskan keluhan betapa sulitnya mendapatkan gas melon. “Lapor Pak Wali. Gas kok yo angelmen yoo,” tulis dia sebagaimana dikutip Esposin, Selasa.
Keluhan serupa ditulis warga Mojosongo, Jebres, Solo, Yohanes Sriharyono. Dia mengatakan warga kesulitan mencari gas di pengecer. Dia pun meminta pemerintah melakukan pengecekan langsung di lapangan untuk mengetahui penyebab gas tidak tersedia di pengecer.
“Kepada Wali Kota Solo, lapor, gas LPG 3 kg di Mojosongo Solo kosong, Mas Wali. [Stok gas di] pengecer kosong semua. Masyarakatmu dan ibu-ibu resah tidak kondusif lagi. Mohon segera gercep [gerak cepat] cek kroscek ke lapangan pasar langsung,” tulis dia.
Warga Solo lainnya, Dwi Cahyadi juga menuliskan kesulitan membeli gas melon terutama di sekitar rumahnya yakni Mojosongo. Padahal dirinya melihat masih banyak truk pengangkut gas melon yang lalu-lalang di jalan.
“Saya warga Mojosongo Solo, saya mau menyampaikan yang menjadi keresahan warga Mojosongo, mungkin juga se-Kota Solo. Sampai hari ini kami kalau mau beli gas kesulitan. Padahal truk kiriman gas banyak yang jalan. Terus gas-gas itu pada ke mana, mohon ditindaklanjuti karena kami betul-betul kesulitan,” kata dia.
Warga Solo lain, Muhammad Habib, menuliskan ibunya sampai terkendala jualan gorengan akibat sulit mendapat gas melon. “Ibu ku ada usaha jualan gorengan, itu sangat menyulitkan jika gas habis dan susah dicari. boleh minta bantuan dari pihak Wali Kota [Solo] untuk mengatasinya,” tulis dia.
Penambahan Kuota Fakultatif
Sementara itu, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah menyebut barometer ketersediaan dan harga eceran tertinggi (HET) gas elpiji 3 kilogram (kg) berada di pangkalan. Stok gas elpiji 3 kg tidak berada di pengecer, warung kelontong, dan toko nonpangkalan.Hal itu disampaikan Area Manager Communication Relations & Corporate Social Responsibility Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho, saat dihubungi Esposin, Selasa (3/9/2024).
“Barometer ketersediaan dan HET elpiji 3 kg adalah di pangkalan elpiji 3 kg, bukan di pengecer, warung kelontong, dan toko nonpangkalan. Kami mengimbau agar rumah tangga tidak miskin, usaha nonmikro [kecil menengah dan besar] agar menggunakan elpiji nonsubsidi,” kata brasto
Meski begitu Brasto mengatakan sudah melakukan penambahan fakultatif gas melon sebanyak 13.600 tabung di Kota Solo. Penambahan ini dilakukan pada 19 Agustus 2024 sebanyak 5.960 tabung, 23 Agustus 2024 sebanyak 5.040 tabung, dan 24 Agustus 2024 sebanyak 2.600 tabung.
Brasto mengatakan tambahan fakultatif tersebut merupakan langkah antisipasi untuk mencegah adanya kelangkaan berkaitan dengan peningkatan permintaan berdasarkan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Brasto kemudian mengimbau warga Solo agar membeli gas melon di pangkalan resmi milik Pertamina. Selain itu dirinya mengimbau agar masyarakat tidak panik dan memastikan tidak ada pengurangan pasokan gas melon.
“Masyarakat tidak perlu panic buying karena tidak ada pengurangan pasokan LPG 3 kg [gas melon] ke Kota Solo,” kata dia.