ARTIKEL UNTUK PELANGGAN ESPOS PLUS

Berlangganan untuk mengakses konten ini.

Bentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang permasalahan saat ini dengan akses tanpa gangguan sebesar Rp.9.999 per minggu. Berlangganan dan hemat lebih dari 50% selama 3 bulan untuk mendapatkan akses tak terbatas.

Daftar Sekarang

Sudah berlangganan?

Tokoh-Tokoh Penting dalam Sarekat Islam tetapi Tak Dikenal

author
Rabu, 17 November 2021 - 12:37 WIB
bagikan
Tokoh-Tokoh Penting dalam Sarekat Islam tetapi Tak Dikenal
ESPOS.ID - Diskusi buku tentang Sarekat Islam karya Adityawan Suharto.

Esposin, SOLO--Jika menyebut pergerakan Sarekat Islam (SI), ada dua tokoh yang tak boleh tidak disebut yaitu Haji Samanhudi yang merupakan pendiri dan H.O.S. Tjokroaminoto, pemimpin Central Sarekat Islam (CSI). Namun, sebenarnya banyak tokoh-tokoh lain SI yang lahir di Solo pada awal abad XX itu. Nama mereka tak masuk dalam buku sejarah yang dibaca anak-anak sekolah. Namun, nama mereka disebut dalam buku sejarah babon yang ditulis oleh sejarawan. Sayang, nama-nama itu ditulis sekilas. Padahal mereka adalah orang yang mendukung pergerakan SI. Orang-orang itu tinggal di sejumlah kampung yang masih ekses hingga kini. Sebut saja Kaprabon, Kauman, hingga Laweyan. Tiga kampung itu itu tergolong basis muslim sejak dulu. Sebagian adalah pengusaha, namun banyak yang berprofesi sebagai wartawan. Yang pasti, mereka adalah aktivis pergerakan pada awal abad XX. Buku Sarekat Islam Surakarta 1912-1923 karya Adityawan Suharto memunculkan tokoh-tokoh tak terkenal dalam sejarah SI. Menurut penulis, ada banyak tokoh penting di sekitar Samanhudi dalam mengembangkan SI di Solo. Menurutnya, jejak tokoh-tokoh tersebut penting untuk dimunculkan untuk memberikan informasi yang lebih gamblang mengenai SI Solo. "Buku saya khusus mengulas Sarikat Islam di Surakarta. Kemudian saya hanya mengambil sisa-sisa yang belum dimunculkan di kebanyakan buku sejarah. Sebenarnya itu kan cerita-cerita yang terpotong dan bisa menjadi misleading. Ini saya menambal sulam, yang kemudian ini menjadi tesis saya," kata Adityawan seusai bedah bukunya di Omah Parang Kesit, Sondakan, Laweyan, Solo, Sabtu (16/10/2021). Dia menyebutkan beberapa hal yang dia soroti di bukunya adalah tokoh-tokoh di sekitar Samanhudi. "Contohnya ada Haji Bakri. Kalau di internet nama itu tidak keluar. Tapi ternyata beliau ini adalah orang yang membersamai [Samanhudi]," jelas dia. Tokoh-tokoh yang disebutkan, meski belum banyak diulas di buku sejarah sebelumnya, ternyata juga memiliki peran penting dalam SI bersama Samanhudi. Haji Bakri disebut sebagai tokoh penting, namun tidak banyak diulas. "Padahal Haji Bakri ini wakil presidennya Samanhudi. Dulu dalam jabatan SI [Sarekat Islam] itu presidennya Samanhudi, kemudian wakilnya Haji Bakri. Tapi Haji Bakri kurang dikenal secara konteks luas," kata dia.

Budi Utomo

Pada penelitiannya, Adityawan memanfaatkan surat kabar Darmo Kondo yang saat itu dimiliki Budi Utomo. "Darmo Kondo itu kan miliknya Budi Utomo, percetakannya sebenarnya juga di Sondakan. Para wartawannya adalah orang yang berada di lingkaran Samanhudi. Kemudian orang-orang ini yang mendukung Samanhudi. Ini juga yang tidak banyak disebut di buku-buku yang sudah ada," lanjut dia. Tokoh lain yang diulas adalah Martodharsono dan Joyo Margoso. Kedua tokoh ini muncul di tengah konflik Rekso Roemekso. Rekso Roemekso adalah embrio SI. Awalnya di Solo, lebih dulu ada perkumpulan ronda tolong menolong bernama Kong Sing. Anggotanya kebanyakan orang Tionghoa, walau ada juga pribumi. Lalu, persaingan antara warga pribumi dan Tionghoa meruncing. Haji Samanhudi dan pedagang batik Solo lainnya mendirikan Rekso Roemekso pada 1911 yang bersaing dengan Kong Sing. Rekso Roemekso muncul sebagai perkumpulan keamanan masyarakat lokal saat itu. Hanya, Rekso Roemekso tidak disenangi penguasa kolonial pada saat itu karena dinilai sebagai perusuh, kemudian akan dibubarkan. Saat akan dibubarkan, muncullah tokoh-tokoh dari Kasunanan. “Pertama adalah Raden Martodharsono dan Joyo Margoso. Martodharsono mengakali Rekso Roemekso yang sudah menyatukan orang-orang Laweyan sampai Gading dan sekitarnya, menggunakan status hukum SDI [Serikat Dagang Islam] sehingga bisa bertahan. Singkatnya kalau versi surat kabar seperti itu," lanjut dia. Mereka mengakali dengan menyebut Rekso Roemekso adalah cabang dari SDI yang ada di Bogor. Pendirian SDI Cabang Solo berlangsung pada 1912. Dari situ, kemudian orang-orang menggagas badan hukum tersendiri untuk SI. Kongres pertama SI berlangsung pada 1913 di Surabaya. Samanhudi sebagai ketua dan H.O.S. Tjokroaminoto sebagai wakil ketua. Adityawan mengaku mulai menulis buku tersebut 2019 lalu. Niat awalnya buku itu disusun untuk kebutuhan akademik. Kemudian dibukukan dan diharapkan bisa menjadi bacaan alternatif mengenai ulasan-ulasan Sarekat Islam yang sudah ada sebelumnya. Nama-nama lain yang ada di lingkaran Samanhudi di Solo, menurut Adityawan, di antaranya Sosro Kurnio (Sekretaris SI dan Redaktur Sarotomo), Parto Wihardjo (Bendahara SI), Hisjamzaini (Penasihat SI), Sontohartono, Harso Lumakso, Mochtar Buchori, dan Kusen. Selain sebagai aktivis pergerakan, sebagian besar dari nama-nama-nama itu adalah wartawan dan pengusaha. Pada masa itu, Solo juga dikenal sebagai kota pergerakan. Sarekat Islam lahir di Solo. Tokoh-tokoh nasional juga berasal dari Solo. Bahkan di Solo juga terbit banyak media massa atau koran baik pada abad XIX hingga abad XX. Solo menjadi salah satu daerah yang memiliki peran penting dalam sejarah pers nasional. Kota Solo disebut sebagai kota pertama yang memunculkan koran lokal modern. Adityawan mengatakan sekitar 1849, sudah muncul surat kabar Bromartani. Ada yang menyebutkan surat kabar berbahasa dan beraksara Jawa tersebut terbit pertama kali di Solo pada 1855. "Tapi masih ada campur tangan Belanda. Kemudian di Batavia ada Bintang Timoer, Bintang Barat. Kemudian mulai tumbuh subur sejak kemunculan Djawi Kando sekitar 1895. Pertama milik orang Belanda tapi sudah mulai berbahasa Melayu. Kalau koran pribumi asli, ya semenjak Sarekat Islam itu, yang pertama adalah [surat kabar] Sarotomo milik SI yang kantornya di Purwosari," kata dia, Sabtu (16/10/2021). Dia mengatakan untuk menunjukkan eksistensi SI saat itu, muncullah koran Sarotomo. "Itu adalah koran pertama kali SI sekitar April 1912, sayangnya saya tidak menemukan bukti [terbitan] perdana yang asli dari Sarotomo. Saya hanya menemukan di 1914," lanjut dia. Baru setelah itu muncul surat kabar lain seperti Doenia Bergerak, Islam Bergerak, dan sebagainya. Bukan hanya itu, menurut Adityawan, Solo menjadi kota yang memunculkan koran Islam modern, yakni Medan Moeslimin.

Identitas Kelompok

Menurut Adityawan, koran atau surat kabar saat itu memiliki dua bentuk. Ada yang isinya opini, bukan seperti berita pada umumnya. Kemudian kedua, koran dengan sasaran pembaca adalah para tokoh di zaman itu. Saat itu koran merupakan bentuk identitas kelompok. Bahkan saat itu di Solo juga ada kelompok wartawan Inlandsche Journalisten Bond (IJB) yang berkantor di daerah Purwosari. Kelompok tersebut mengumpulkan wartawan-wartawan dari berbagai surat kabar untuk mengkritisi pemerintah dengan nama anonim. Acara bedah buku tersebut juga mendatangkan narasumber lain, yakni pemerhati pergerakan Islam M.S. Kaban. Menurut Kaban, setiap peristiwa sejarah akan mengundang kecerdasan berpikir. "Bicara Sarekat Islam, ini juga merupakan salah satu event sejarah. Banyak tokoh Sarekat Islam jadi tokoh pahlawan," kata dia. Saat itu salah satu hal yang menjadi persoalan adalah perdagangan. "Saya melihat Samanhudi adalah orang yang kaya yang punya jaringan bisnis luas, tapi dalam setiap kegiatan selalu berhadapan dengan pesaing yang secara tidak langsung mendapat dukungan penguasa saat itu," kata dia.

 

author
Syifaul Arifin -

Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.

Kredit ke Sektor Berkelanjutan Capai Rp793,6 Triliun, Portofolio BRI Selaras dengan Standar ESG Internasional Korporasi

Kredit ke Sektor Berkelanjutan Capai Rp793,6 Triliun, Portofolio BRI Selaras dengan Standar ESG Internasional

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus berupaya menciptakan dampak positif melalui praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam setiap operasional bisnisnya.

Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050 Korporasi

Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI semakin memperkuat komitmennya dalam penerapan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui inisiatif-inisiatif strategis yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan.

3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur Korporasi

3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur

Holding Ultra Mikro yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) telah menunjukkan komitmen kuat dalam meningkatkan akses layanan keuangan bagi pelaku UMKM, utamanya segmen ultra mikro.

BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan Korporasi

BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan

Hingga akhir Juli 2024 tercatat BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku.

Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan Korporasi

Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan

Dengan adanya 1 juta Agen BRILink, diharapkan semakin memperluas cakupan layanan keuangan dari kota-kota besar hingga desa-desa terpencil.

Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI Korporasi

Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI

Berkat keberhasilan yang telah dicapai, Klaster Usaha Desa Sujung berhasil diundang oleh BRI dalam acara Brilian Indepence Week 2024 yang diselenggarakan di Kantor Pusat BRI, Jakarta Pusat.

Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024 Korporasi

Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024

Melalui kompetisi BRI Creator Fest 2024 ini BRI ingin menunjukkan komitmen dalam mendukung perkembangan industri kreatif di Indonesia.

Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara Korporasi

Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara

Perjalanan usahanya diakui Adang makin berkembang ketika mendapat dukungan dari BRI. Virage Awi, nama usaha kerajinan bambu milik Adang, diketahui menjadi salah satu klaster usaha binaan BRI.

Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024 Korporasi

Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024

BRI mendukung gelaran event Jelajah Kuliner Indonesia 2024 bertema Menjelajahi Rasa, Merayakan Budaya di Sarinah, Jakarta pada Jumat-Minggu (6-8/9/2024).

12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia Bola

12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia

Tim Nasional Sepak Bola Indonesia bermain dalam laga Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia bertanding melawan Arab Saudi.

Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar Korporasi

Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar

BRI terus meningkatkan peran dan komitmen dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Salah satunya melalui keberadaan Agen BRILink.

UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024 Korporasi

UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024

UMKM binaan Rumah BUMN (RB) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yakni Minimizu ikut berpartisipasi menampilkan keunikan produknya di Kriyanusa, pameran kerajinan dan seni kriya