Boyolali (Espos)--Sebagian besar pedagang pepaya di Kecamatan Mojosongo kesulitan mendapatkan barang dagangan, setelah sebagian besar tanaman pepaya di sentra buah bernama latin Carica Papaya di kecamatan tersebut musnah terserang hama kutu putih. Saat ini pedagang mendapatkan pasokan pepaya dari Kecamatan Musuk.
Menurut pedagang, kualitas pepaya dari Kecamatan Musuk tak sebagus dari Mojosongo, selain tidak terlalu manis, buah hasil pertanian dari Musuk lebih cepat membusuk.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
”Buah pepaya dari Mojosongo mampu bertahan empat hari, sedang dari Musuk hanya dua hari,” ucap salah satu pedagang dari Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Giyono, 45, Selasa (27/10).
Situasi ini mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pedagang jauh merosot. Selain harus mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos kirim, harga pepaya dari tingkat petani sudah mencapai Rp 5.000/buah. Sehingga pedagang hanya berani menjual dengan harga Rp 6.000/buah.
Jika dijual terlalu mahal, Giyono memastikan, barang dagangan tidak akan laku di pasaran karena tidak ada pembeli yang mendekat.
Giyono mengakui harga pepaya dari Musuk jauh lebih tinggi dibanding pepaya dari Mojosongo. Harga pepaya produk Mojosongo dari tingkat petani Rp 2.000/buah. Sehingga pedagang berani menjual Rp 4.000.
Karena harga pepaya dari tingkat petani sudah terlalu tinggi, Giyono memilih mengurangi jumlah pasokan. Dalam sehari ia hanya berani meminta pasokan sebanyak 25-30 buah. Padahal ketika buah pepaya dari Mojosongo mudah diperoleh, dalam sehari ia mampu menjual hingga 100 buah.
dwa