Kepala Desa (Kades) Daleman, Sudarman, menyebutkan air menggenangi persawahan dan merendam tanaman padi petani di Dukuh Gaden, Darasan, Ngemplak, Mundu, Maron dan Taderan. Dia mengatakan dukuh pertama menjadi wilayah terparah dengan areal tanaman yang tergenang mencapai 25 hektare.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
“Total ada 80 hektare tanaman padi yang terendam di tujuh dukuh, terbesar di Gaden seluas 25 hektare. Sedangkan di Mundu dan Darasan masing-masing 20 hektare dan 15 hektare,” ungkapnya ketika ditemui Espos di Kantor Desa Daleman, didampingi Kepala Dusun (Kadus) II, Purwanto.
Sudarman mengatakan tanaman padi yang terendam air rata-rata berusia 10 hari-15 hari, bahkan ada yang baru selesai ditanam. Pihaknya berharap genangan air di sawah warga segera surut agar tanaman tidak telanjur mati karena akan merugikan petani dan membuat mereka melakukan penanaman ulang.
Terpisah petani di Dukuh Ngemplak, Parno, 45, mengemukakan meski cepat surut, pertumbuhan tanaman yang terendam air akan tetap terganggu. Kondisi demikian akan mengakibatkan hasil panen yang didapat petani menjadi tidak maksimal, terlebih jika tanaman terendam dalam waktu cukup lama. “Kalau sudah terendam, tanaman menjadi stres. Tunas padi tidak bisa tumbuh dan perkembangannya pun menjadi lambat,” ujarnya.
Sudarman mengungkapkan bencana banjir sudah menjadi langganan masyarakat di desanya. Selain merendam persawahan, banjir juga kadang menggenangi rumah, terutama yang berada di dekat sungai.
Menurut dia, banjir disebabkan pendangkalan dan penyempitan Sungai Wates dan Ngambil-ambil. Untuk mengatasi hal itu, Sudarman mengemukakan Pemerintah Desa Daleman sudah meminta adanya normalisasi. Tapi sampai sekarang tidak pernah direalisasikan. Padahal dengan normalisasi aliran air di sungai akan menjadi lancar dan warga terbebas dari ancaman banjir.
JIBI/SOLOPOS/Triyono