Esposin, SRAGEN -- Sejumlah pedagang onderdil dan barang klitikan di Pasar Joko Tingkir, Nglangon, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Sragen Kota, Sragen, menyampaikan aspirasi menolak jatah los yang diberikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen sesuai zonasi di Pasar Terpadu Sukowati Sragen, Kamis (26/1/2023).
Mereka datang ke Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen bukan untuk mengikuti undian los tetapi ingin menyampaikan aspirasi menolak lokasi relokasi tersebut. Penolakan mereka dikarenakan kondisi los yang diberikan tidak memadai, jalannya sempit, sehingga tidak memungkinkan untuk pelayanan bongkar pasang onderdil.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Sekretaris Paguyuban Pedagang Klitikan dan Onderdil Pasal Joko Tingkir Nglangon, Didik Hartono, bersama pedagang lainnya menyampaikan aspirasi tersebut kepada perwakilan pegawai Diskumindag Sragen. Aspirasi mereka diterima tetapi disampaikan kepada pimpinannya saat undian los yang berada di aula Dikumindag Sragen.
Undian itu dilakukan Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Hargiyanto didampingi Kepala Diskumindag Sragen, Cosmas Edwi Yunanto dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sragen, Samsuri.
“Kami datang ke sini bukan untuk ikut undian tetapi menolak lokasi relokasi di Pasar Sukowati. Selama ini kami tidak dikasih ruang untuk menyampaikan aspirasi. Berkali-kali pertemuan tidak ada titi terang. Tempat relokasi itu tidak sesuai dengan kondisi kami di Pasar Joko Tingkir. Kami ini bengkel bongkar pasar onderdil tetapi dikasih los di dalam ruang,” ujar Didik kepada Esposin, Jumat (27/1/2023).
Didik menerangkan los yang diberikan di dalam Pasar Sukowati itu tidak sesuai dan harus menyekat sendiri serta jalannya sempit. Para pedagang menuntut dibuatkan los atau kios di luar pasar agar pelanggan tahu dan bisa bongkar pasang onderdil, seperti las dan seterusnya.
“Bongkar pasang seperti itu di dalam ruangan tidak bisa,” katanya.
Jumlah pedagang klitikan dan onderdil di Pasar Joko Tingkir Nglangon sebanyak 48 orang. Didik sendiri membuka usaha itu selama 20 tahun.
Dia menyatakan para pedagang itu babad alas tetapi seperti dianaktirikan. Sebelum membangun Pasar Sukowati, pedagang tidak diajak rembukan dan tahu-athu sosialisasi saat bangunan sudah jadi.
“Kalau niatnya direlokasi mestinya kami diajak rembukan. Kami sudah audiensi di kelurahan dua kali, dinas satu kali, dan bidang pasar satu kali tetapi tidak ada titik temu. Kami bukan ikut undian tetapi menyampaikan aspirasi,” ujarnya.
Pedagang onderdil dan klitikan di Pasar Joko Tingkir Nglangon lainnya, Ahmad, 32, juga mengeluhkan kondisi los tempat relokasi di Pasar Sukowati yang kurang layak sebagai tempat bengkel. Dia mengatakan akses bongkar pasar ke los di dalam pasar itu terlalu sempit.
“Kalau dipaksa seperti ini mateni wong cilik [membunuh orang kecil]. Kalau bongkarnya di luar pasar bagaimana sedangkan peralatan ada di dalam pasar,” ujarnya.
Mereka akhirnya berdialog dengan Kepala Diskumindag Sragen di aula Diskumindag. Dalam dialog tersebut sempat ramai dan memanas.
Namun, menjelang akhir ada sebagian pedagang onderdil dan klitikan yang mau mengambil undian.