Esposin, SOLO – Temon Holic berkembang dari gerakan joget Muchtar Setyo Wibowo. Pemuda usia 20 tahun yang akrab disama Temon ini menularkan virus joged antimabuk dan kaya gaya. (Baca: Temon Moncer di TV Nasional)
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Semua anggota tubuh, dari kepala hingga ujung kaki, dari jempol hingga pinggul bisa digerakkan menjadi gerakan joget yang tak lazim. Semua aktivitas manusia sehari-hari, dari mencuci hingga menyetrika juga bisa jadi joget. (Baca: Begini Goyang Temon Holic)
Temon, kepada Esposin, pekan lalu mengatakan gerakan joget gaya Temon Holic tak akan bisa sama meski lagu yang dinyanyikan sama dan diulang-ulang. (Baca: Pantangan Anggota Temon Holic)
"Jogetku ini spontanitas. Tanpa latihan. Modal ngeluarin apa aja yang ada di pikiran," ujarnya. (Baca: Sejarah Temon Holic)
Namun, justru itulah kelebihan TH. Salah seorang anggota TH, Adrian Eka Saputra, 23, dan lebih dikenal dengan panggilan Kodok, mengatakan dulunya ia sama sekali tak tertarik dengan musik dangdut. Hal itu berubah setelah ia melihat Temon berjoget.
“Jogetnya Temon unik. Dia bisa berjoget dari ujung jempol kaki sampai ujung rambut,” kata Kodok.
Ia kemudian bergabung dengan Temon Holic pada 2014. Setelah itu, ia berubah menjadi "penjoget militan". Belum lama ini, ia rela memboncengkan Temon menuju Caruban, Jawa Timur memenuhi undangan acara joget dangdut di sana.
Perjalanan 4,5 jam pada malam hari dilaluinya dengan gembira. Mereka ke sana dalam rombongan yang terdiri atas tiga sepeda motor.
Setelah berjoget sampai pagi, Kodok balik ke Klaten. Belum puas berjoget, ia mendatangi acara dangdutan di Juwiring hingga pukul 16.00 WIB. Belum puas, ia kembali mendatangi dangdutan di Polanharjo dan baru pulang ke rumahnya di Klampengan, Meger, Ceper pada pukul 03.00 WIB keesokan harinya.
"Sebenarnya capai. Tapi karena ada banyak teman yang berkumpul [berjoget], jadi enggak capai," kata pria yang sebagian tubuhnya dihiasi tato tersebut.