Esposin, SOLO -- Sebanyak empat kelompok seni mancanegara asal Australia, Jepang, Taiwan, dan Kamboja turut memeriahkan pembukaan Solo Internasional Performing Art (SIPA) 2024 di Pemedan Pura Mangkunegaran, Kamis (28/8/2024).
Tampil dengan gaya dan ciri khas masing-masing, mereka sukses memukau ribuan penonton yang memadati arena pementasan.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Victorian College of Arts dari Australia menjadi delegasi mancanegara pertama yang mentas di SIPA 2024. Tampil sebanyak dua kali, para seniman Negeri Kangguru tersebut menampilkan pertunjukan tari yang dipadukan dengan meditasi sehingga tak mengherankan bila cukup banyak gerakan yang mirip dengan gerakan yoga.
Selain itu, kostum yang mereka pakai juga identik dengan yang biasa dikenakan orang-orang ketika melakukan yoga. Bahkan pada musik pengiring tariannya juga bertempo pelan dan menenangkan layaknya musik pengiring yoga.
Penampil berikutnya adalah kelompok seni Hanayura yang berasal dari Negeri Matahari Terbit, Jepang. Sebanyak tujuh seniman menampilkan pertunjukan seni tari kipas dan musik tradisional yang mengangkat tema Inori.
Tema tersebut melambangkan pengharapan akan kedamaian dan kebahagiaan di setiap waktu. Seniman-seniman dari Negeri Sakura ini tampil kompak dengan mengenakan pakaian tradisional kimono dan memainkan alat-alat musik khas Jepang, seperti sho, nohkan, shamisen, dan perkusi jepang.
Penampil ketiga adalah delegasi dari Taiwan, Chinese Youth Goodwill Association. Delegasi ini menampilkan banyak jenis pertunjukan, mulai dari seni tari, drama, aksi laga, sirkus, hingga komedi dalam satu kali tampil.
Mereka membuka penampilan dengan tari-tarian tradisional, kemudian berlanjut menjadi drama, lalu mempertontonkan atraksi gerakan bak pemeran film laga dan diakhiri dengan sesi sirkus dan komedi. Meski hanya empat orang yang tampil, namun pertunjukan yang atraktif dan beda dari yang lain membuat mereka mendapatkan applouse yang meriah dari penonton.
Delegasi luar negeri yang tampil terakhir dalam acara itu adalah Youth Art Mask Theater and New Generation of Classical Dance, dari Kamboja. Sesuai dengan namanya, seniman dari Negara Angkor Wat ini menampilkan dua pertunjukan yakni tari topeng dan tari tradisional dalam tema besar Kisah Ramayana.
Meski secara alur cerita mirip dengan yang ada di Indonesia, termasuk tokoh Rama, Shinta, Hanuman, dan Rahwana. Akan tetapi untuk penggambaran karakter dan musiknya pengiringnya dibuat dengan gaya khas Kamboja.
Ketua delegasi Australia Carol Brown mengatakan bahwa di SIPA 2024 timnya banyak menampilkan tarian yang mengandalkan olah rasa dalam gerakan. Gerakan-gerakan yang dilakukan pun tidak jauh dari gerakan melompat dan bergulung serta mengandalkan mimik wajah.
Carol mengaku baru sekali mengikuti SIPA, namun begitu ia merasa senang karena kedatangannya juga diiringi misi yang mulia.
“Saya tertarik datang ke SIPA 2024 karena ingin membawa nilai-nilai kemanusiaan lewat kesenian. Kemudian kami juga ingin membangun jejaring intercultural secara global, salah satunya dengan Indonesia,” jelas dia.
“Letak Australia dan Indonesia sangat dekat, tapi kami justru jarang tampil di sini (Indonesia). Semoga kerja sama kita semakin erat dan salah satunya melalui budaya,” sambung dia.
Selain para penampil dari mancanegara, penampil dari dalam negeri juga tidak kalah memukau. Seperti Semarak Candrakirana ft Langen Praja Mangkunegaran, Tanzer Dance Company Indonesia dari Bali yang menampilkan tari legong kembang ura, dan Mahoni Music dari Padang yang menampilkan pertunjukan musik Kaba nan Ampek dan Marantau.