Esposin, SOLO -- Talut Kali Jenes sepanjang 10 meter di Kampung Yosodipuran, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, ambrol akibat tak kuat menahan derasnya aliran air, Senin (17/2/2020) malam.
Akibatnya, tiga sepeda angin (onthel) yang diparkir di dekat talut hanyut terbawa arus. Warga berupaya mencari sepeda itu hingga Rabu (19/2/2020) pagi namun belum menemukannya.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Kejadian ini merupakan kali ketiga di lokasi yang berdekatan. Sebelumnya, talut sungai itu ambrol pada Senin (6/1/2020) dan Jumat (14/2/2020).
Foto-Foto Keindahan Taman Bendung Tirtonadi Bak Eropa Kini Tinggal Kenangan
Pemilik salah satu sepeda yang hanyut, Rosidah, 60, mengungkapkan talut ambrol setelah magrib saat hujan deras mengguyur yang berakibat meluapnya Kali Jenes.
“Tiba-tiba saja talutnya ambrol. Suaranya keras sekali. Tembok di atas talut juga ikut roboh, sepeda cucu-cucu saya hanyut. Saat air surut, kami cari sepedanya sudah tidak ada,” kata dia saat berbincang dengan Esposin, Rabu siang.
Warga RT 002/RW 012 itu menyebut talut yang ambrol tersebut hanya berjarak 10 meter dari lokasi longsor sebelumnya. Rosidah mengaku sudah khawatir talut itu akan ambrol sejak bulan lalu saat talut di dekatnya juga ambrol.
Seks Kasar BDSM Bakal Dilarang, Apa Urusan Negara?
"Ternyata kekhawatiran saya terbukti. Belum diperbaiki, talut saya sudah ikut ambrol,” ucapnya.
Kekhawatiran Rosidah bukan tanpa alasan. Jarak talut yang ambrol dengan rumahnya tak sampai dua meter. Terlebih, Kali Jenes hampir selalu meluap saat musim penghujan.
“Kalau pagar kali dan talutnya ambrol, takutnya rumah saya ikut longsor,” kata dia.
Warga lain, Suprobo, menyebut perwakilan perangkat kelurahan sudah berkunjung ke lokasi pada Selasa (18/2/2020). Namun, ia tak mengetahui kapan laporan tersebut ditindaklanjuti.
Gagal Buang Bayi, Pemuda Karanganyar Malah Diantar ke Polsek Jebres Solo
Sebagai informasi, talut Kali Jenes belum tersentuh revitalisasi sejak kali pertama dibangun. Revitalisasi sedikitnya membutuhkan anggaran Rp60 miliar dengan konstruksi beton bertulang.
Penanganannya menjadi wewenang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), meski Pemerintah Kota (Pemkot) Solo juga bisa berkontribusi.