Esposin, SUKOHARJO – Sebagian petani keramba jaring apung di Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, memanen ikan lebih awal saat musim kemarau. Mereka tak ingin merugi besar lantaran ratusan hingga ribuan ikan nila mati karena menipisnya kandungan oksigen di dalam air.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Anggota kelompok petani keramba ikan Mina Makmur, Marwan, mengatakan ikan mudah mati lantaran air waduk surut sehingga memengaruhi kandungan oksigen dalam air. Kondisi ini diperkirakan terjadi saat puncak musim kemarau September-Oktober mendatang.
“Sebagian ikan yang dibudidaya di keramba dipanen lebih awal. Saya khawatir merugi besar saat ikan-ikan mati karena menipisnya kandungan oksigen di dalam air,” kata dia, Minggu (27/8/2017).
Biasanya, para petani ikan mampu memanen sekitar lima-enam ton saat musim panen ikan nila. Kini, Marwan dan sejumlah petani ikan lainnya terpaksa memanen sebagian ikan nila di keramba apung.
Mereka lantas memasarkan hasil panen ikan ke sejumlah pasar tradisional di Sukoharjo seperti Pasar Mulur dan Pasar Ir. Soekarno. Sebagian hasil panen lainnya dijual kepada para pemilik restoran atau rumah makan.
Pengepul ikan langsung datang ke lokasi budidaya keramba jaring apung di pinggir waduk untuk membeli ikan dari petani dan menjual kembali ke para pedagang pasar tradisional.
“Produksi ikan nila merosot tajam selama beberapa tahun ini. Hal ini sangat dipengaruhi kondisi cuaca yang tak menentu,” ujar dia.
Petani ikan lainnya, Joko, mengungkapkan budidaya keramba ikan seharusnya dapat dikelola maksimal seperti di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Selain dijual, ikan hasil panen bisa diolah menjadi makanan seperti abon ikan dan keripik kulit ikan.
Keterampilan dan kemampuan petani ikan di sini [Waduk Mulur] tak jauh beda dibanding WGM. Saya yakin teman-teman [petani ikan] juga bisa memproduksi makanan olahan ikan,” kata dia.