Esposin, WONOGIRI -- Sejumlah penerima bantuan perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH) di Desa Baturetno, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, memilih tak mengambil bantuan tersebut. Hal itu karena ketidakmampuan membayar para pekerja atau tukang.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Kepala Desa Baturetno, Sutardjo, mengatakan ada beberapa warga penerima bantuan RTLH yang sempat menyampaikan keinginan tak mengambil bantuan itu. Menurutnya, tidak adanya biaya untuk membayar tukang menjadi alasan para warga tersebut.
“Ada beberapa warga yang menyampaikan tidak mampu membayar tukang sehingga ingin mengundurkan diri,” kata dia kepada Esposin di kantornya, Sabtu (15/7/2017).
Sutardjo menjelaskan ada 128 warga Desa Baturetno yang menerima bantuan perbaikan RTLH. Angka tersebut cukup tinggi karena penerima RTLH dengan anggaran dari Dana Alokasi Khusus hanya 346 unit rumah yang terbagi di dua kecamatan, yakni Baturetno (212 unit) dan Selogiri (134 unit).
“Setiap rumah mendapatkan dana Rp15 juta untuk membeli material pembangunan rumah, tetapi tidak boleh digunakan membayar tenaga kerjanya [tukang]. Mereka yang tidak punya uang tidak berani mengambil bantuan,” bebernya.
Dia menambahkan uang tersebut harus habis untuk membeli kebutuhan bahan baku pembangunan rumah dengan membelanjakan di toko material yang sudah ditentukan dan harus bisa dipertanggungjawabkan. Biaya untuk para tukang ditanggung pemilik rumah.
“Kami sedang berusaha membujuk para penerima yang tak ingin mengambil bantuan. Kami coba mencarikan solusinya, misalnya pinjam uang dulu atau bagaimana,” imbuhnya.
Menurut dia, hingga saat ini baru 60 persen dari 128 penerima RTLH di desa itu yang sudah menyetujui menerima bantuan tersebut. Pembangunan rumah program bantuan itu bakal disalurkan dalam dua tahap. Penerima bantuan di Desa Baturetno didominasi para janda tua.
“Saya sebagai kepala desa tentu senang banyak warga yang mendapat bantuan. Harapannya, kalau rumahnya sudah bagus etos kerjanya semakin meningkat, jangan justru bersantai-santai,” ujar Sutardjo.
Sementara Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mendorong warga Wonogiri lebih peka dan peduli pada lingkungannya. Selain itu, dia berharap gotong-royong warga semakin ditingkatkan, khususnya untuk kesuksesan program bantuan perbaikan RTLH.
Tahun ini, sebanyak 1.041 warga Wonogiri menerima bantuan RTLH dari berbagai sumber pendanaan mulai pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, hingga corporate social responsibility (CSR) sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Kalau setiap rumah mendapatkan dana Rp15 juta, apakah cukup untuk membangun rumah? Inilah tantangan kita bersama, maka harus dibarengi gotong-royong,” terangnya.