Esposin, SOLO -- Aksi Seribu Lilin yang rencana digelar Sabtu (13/5/2017) malam batal. Hal serupa terjadi pada Minggu (14/5/2017) malam, aksi seribu lilin yang rencana digelar di Benteng Vastenburg hingga Tugu Pamandengan batal digelar.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Aksi Solidaritas Anak Negeri untuk Keadilan dan NKRI dengan menyalakan 1.000 lilin dari Benteng Vastenburg sampai Tugu Pamandengan yang rencananya digelar Minggu (14/5/2017) malam batal diadakan. Peserta aksi tidak mendapat izin dari polisi karena aksi dilaksanakan pada malam hari dan hari libur. (Baca: Aksi Seribu Lilin di Solo Batal Digelar)
Pantauan Esposin di Benteng Vastenburg hingga Tugu Pamandengan dipenuhi oleh personel polisi. Mereka berjaga di pinggir jalan dan sekitar Benteng Vastenburg. Aksi yang sedianya dilakukan malam itu batal digelar.
Wakapolresta Solo, AKBP Andy Rifai, saat ditemui Esposin di Benteng Vastenburg, mengatakan aksi itu tidak dibubarkan. Pihaknya sudah mengimbau agar aksi jangan dilakukan malam hari.
"Ini belum ada izin. Kalaupun ada izin pun, tak kami izinkan. Karena sesuai aturan, aksi malam hari tidak diperbolehkan. Apalagi ini Minggu, hari libur," kata mantan Kapolres Sukoharjo tersebut.
Ia menjelaskan terdapat dua peleton setara 60 orang yang dikerahkan. Para personel dikerahkan berjaga di sekitar Balai Kota Solo, Bundaran Gladag dan area Benteng Vastenburg. Pihaknya akan menunggu hingga pukul 20.00 WIB. "Kalau masih duduk-duduk silakan. Setelah jam 20.00 WIB, silakan pulang," terangnya.
Koordinator Solidaritas Anak Negeri untuk Keadilan dan NKRI, Guntur Wahyu Nugroho, mengatakan pemberitahuan yang mereka berikan kepada Polresta Solo tidak diterima. Ia menilai seolah-olah polisi itu berkuasa memberikan izin.
"Awalnya memang kami akan Di Plaza Bung Karno, lalu dipindah ke balai kota atau Vastenburg. Kami tetap adakan aja. Kami enggak anarkis," kata dia saat ditemui Esposin di Benteng Vastenburg, Minggu malam.
Ia mengatakan aksi itu bertujuan untuk mendukung agar NKRI tetap utuh. Hal itu terwujud dengan memperlihatkan keadilan. "Kami ingin membangkitkan keberanian dari silent majority. Akhirnya kami tidak mengonsentrasikan massa. Kami pindah dari plaza karena kemungkinan ada aksi tandingan. Antisipasi, kami pindah saja," tutur dia.
Rombongan aksi yang berjumlah sekitar 10 orang itu kemudian membubarkan diri sekitar pukul 20.30 WIB.