Esposin, SUKOHARJO -- Pengrajin gamelan jawa di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo terancam bangkrut gegara pandemi.
Selama pandemi Covid-19, mereka berhenti berproduksi. Jika pandemi tak kunjung berhenti, para pengrajin tersebut bisa bangkrut alias gulung tikar.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Ada belasan pengrajin gamelan Jawa di Desa Wirun. Kini, kegiatan produksi gamelan Jawa berhenti hampir selama satu tahun sejak munculnya kasus Covid-19 pada akhir Maret 2020.
Baca juga: Genjot Cuan Tanaman Hidroponik, PLN Peduli Hadir dengan Inovasi Sinar UV
“Hampir 70 persen-80 persen kegiatan produksi gamelan Jawa berhenti. Tidak ada order selama masa pandemi Covid-19,” kata Kepala Desa Wirun, Erry Suseno Wibowo, saat berbincang dengan Esposin di Mojolaban, Sabtu (20/2/2021).
Dia menceritakan dulu order gamelan Jawa dari mancanegara cukup banyak. Order gamelan Jawa terbanyak berasal dari Belanda dan Belgia.
Pembeli biasanya memesan satu set atau dua set gamelan Jawa setiap bulan. Lambat laun, pengrajin hanya mengandalkan order lokal dari para pelaku usaha di Bali.
Baca juga: Bruk! Pohon Karet Berusia 100 Tahun di Telaga Ngebel Ponorogo Tumbang Diterpa Hujan
Gamelan Sebagai Cinderamata
Biasanya, wisatawan mancanegara membeli instrumen alat musik gamelan Jawa sebagai cinderamata. Namun, pariwisata di Bali juga terdampak pandemi sehingga praktis para pengrajin gamelan Desa Wirun tak menerima order.Erry mengkhawatirkan eksistensi gamelan sebagai wujud budaya Jawa terancam punah apabila pandemi Covid-19 tak bisa dikendalikan secapetnya.
Baca juga: Eksperimen Petani Wonogiri Bertanam Porang: Pohon Naungan Sedang hingga Rapat Banget
Kondisi ini juga berimplikasi pada kelangsungan hidup para pengrajin gamelan yang terancam gulung tikar alias bangkrut. Selain gamelan Jawa, wabah Covid-19 juga berdampak pada paket wisata edukasi di Desa Wirun.
Paket wisata edukasi itu berisi sejumlah lokasi yang bisa dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara seperti sentra industri kerajinan gamelan, wayang kulit, Pura Sahasra Adhi Pura, dan Embung Pengantin.
“Hampir tidak ada lagi kunjungan wisatawan lokal selama masa pandemi Covid-19. Dahulu, rombongan dari luar daerah sering berkunjung untuk melihat proses produksi gamelan Jawa,” papar dia.