SOLO- Petani lahan tadah hujan di Kelurahan Mojosongo, Jebres dibuat pusing menyusul minimnya ketersediaan air sebulan terakhir. Air hujan yang diandalkan untuk tanaman padi mereka tak kunjung turun. Akibatnya sebagian petani harus merugi lantaran dipastikan gagal panen padi.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Seperti diakui oleh Ny Sawiyah, petani asal RT 001/RW 027 Kampung Busukan, Mojosongo saat ditemui espos.id di kediamannya, Rabu (6/6/2012). Menurut dia keluarganya memang hanya petani penggarap lahan milik orang lain. Ada empat patok lahan pertanian seluas 2000 meter persegi yang digarap suaminya, Warsih Warso Semito, 68.
“Sebenarnya sebentar lagi masuk masa panen, tapi sudah terlanjur garing. Paling hanya bisa bawa pulang dua kresek padi,” katanya sedih.
Sebelumnya menurut Ny Sawiyah, keluarganya telah menghabiskan biaya hingga Rp700.000 untuk menggarap empat patok lahan. Mulai dari biaya bibit, biaya tanam, ngluku, pemupukan hingga perawatan. Selama ini lahan garapan keluarga Sawiyah bisa ditanami padi dua kali selama satu tahun. “Semua petani di sini mengalami nasib yang sama. Kami salah hitung. Saat pertengahan tahun memang seperti ikut lotre,” imbuhnya.
Kabid Produksi dan Usaha Tani Dinas Pertanian (Dispertan) Solo, Lilik Puji Hastuti mengaku belum mengetahui terjadinya gagal panen petani Mojosongo. Dia berjanji akan mengecek laporan petugas untuk memastikan kondisi di Mojosongo.
Menurutnya kadang kala petani merasa yakin masih akan ada hujan sehingga nekat tanam padi. Padahal untuk masa tanam II di lahan tadah hujan lebih aman menanam palawija. “Sebenarnya dulu untuk kelompok tani di Mojosongo ada bantuan pompa. Hanya saja memang sumber air di sana dalam sekali. Sehingga mungkin tidak mampu ngangkat,” terangnya.