Esposin, SOLO -- Suara tangis bocah terdengar bersahut-sahutan, Minggu (24/12/2017). Mereka, orang-orang di Pendapa Sriwedari Solo yang mendengar suara tangisan itu hanya tersenyum ringan sembari menatap bilik yang dibangun berjajar di pendapa tersebut.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Seorang perempuan pun hanya menatap kain penutup bilik dengan raut cemas. Namun, dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya geleng-geleng kepala saat orang-orang di sekitarnya menyapanya, "Putra ibu yang di dalam?"
Perempuan itupun menjawab, "Iya, dari awal tadi sudah takut duluan, ditambah tadi sempat menunggu lama, dengar yang sebelum-sebelumnya menangis, jadi tambah deg-degan," kata perempuan tersebut.
Bocah bernama Arka, 9, asal Sawit Boyolali, tak henti-hentinya menangis saat dia disunat. Dia menjadi salah satu peserta Khitan Ceria On The Street yang diselenggarakan Yayasan Al Iman Center Sriwedari, di Pendapa Sriwedari Solo, Minggu (24/12/2017).
Tangis Arka terhenti begitu dokter selesai mengkhitan. Dia keluar dari bilik dengan mengenakan sarung spontan keluarga dan panitia yang menunggunya di luar bilik menghiburnya. Diajak berfoto dan diberi hadiah.
"Ya, anak-anak yang ikut khitan massal hari ini kami beri hadiah berupa uang saku, tas yang di dalamnya ada Alquran dan buku, sarung, kaus, serta obat. Mereka kami fasilitasi khitan gratis di sini," kata Humas Yayasan Al Iman Center, Tri Haryatmo, saat berbincang dengan Esposin, di sela-sela acara.
Tangisan anak yang dikhitan adalah hal biasa. Namun, setiap orang tua atau si anak akan berusaha agar prosesi itu tidak dirasa oleh si anak sehingga si anak tidak menangis. Bahkan panitia juga menghadirkan beragam hiburan agar anak-anak peserta khitan terhibur dan melupakan ketakutan-ketakutan saat dikhitan.
Muhammad Ariel Fatoni, 13, asal Grobogan, mengaku sakitnya disunat hilang seketika begitu dia menyaksikan hiburan sulap dari Pendekar Zo serta dongeng yang disampaikan Kak Junendar dari Jogja.
Sedangkan bocah asal Joyotakan, Harun Ar Rasyid, 9, punya cara sendiri. Saat namanya dipanggil, satu bungkus es krim yang sudah dipersiapkan sebelumnya dia buka dan dia santap.
Saat dokter beraksi pun dia berusaha mengalihkan rasa dan perhatiannya pada es krim di tangannya. Dia pun berhasil untuk tidak menangis meskipun sempat mengaduh saat terkena jarum suntik berisi cairan bius. "Sedikit sakit saat disuntik bius tadi," kata Harun.
Tri Haryatmo menambahkan program khitan massal adalah bagian dari kegiatan Education on the Street yakni belajar membaca alquran yang rutin digelar pihak Yayasan Al Iman Center di car free day (CFD) Slamet Riyadi.
Sedianya, Khitan Ceria on the Street juga digelar di tengah keramaian CFD. Namun, CFD Minggu kemarin libur. Hal ini pun tak menyurutkan minat masyarakat mengikuti khitanan massal. Peserta tidak hanya dari Sriwedari dan sekitarnya melainkan dari berbagai daerah di Soloraya.
"Dari kuota 50 anak, yang ikut akhirnya 68 anak," Tri.
Antusias masyarakat umum cukup besar bahkan ada seorang ibu asal Mutihan Sondakan yang membawa bayinya berusia 2,5 tahun dan bayinya diikutkan khitan.
"Bahkan tadi ada bapak-bapak berusia 60 tahun, dia seorang mualaf, dan berniat khitan sekalian di sini. Tapi niatnya untuk khitan sepertinya diurungkan dulu, jadi tadi baru tanya-tanya."
Pada khitan massal kemarin, Yayasan Al Iman Center Sriwedari menghadirkan delapan orang dokter dari RS PKU Muhammadiyah Solo.