Esposin, SOLO — Musim kemarau membuat sumur dangkal milik sebagian warga Kota Solo mengering. Warga terpaksa meminta air dari tetangga yang sudah tersambung layanan Perumda Air Minum.
Warga Kampung Tegal Baru RT004/RW004, Kelurahan/Kecamatan Jebres, Solo, Ami, mengatakan kondisi tersebut baru terjadi pada tahun ini.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
“Sebelumnya enggak sampai kering seperti ini, meski debitnya memang berkurang. Terpaksa nyelang ke tetangga, meski dengan perasaan enggak enak. Orang tua saya sudah sepuh (tua), butuh air untuk masak, minum, mencuci. Enggak ada air, rasanya sedih sekali. Mau minta bantuan dropping air enggak tahu harus minta ke siapa,” kata dia, kepada Ami mengaku sumur dangkal miliknya benar-benar kering. Ia pernah mengajukan pemasangan sambungan rumah tangga ke Perumda Air Minum Toya Wening. Namun, sudah hampir enam bulan permohonannya itu tak kunjung berbalas. “Ya, katanya harus membuka saluran bawah atau apa namanya itu harus bayar sampai Rp5 juta. Katanya juga harus ada barengan biar lebih murah. teknisnya seperti apa, saya tidak begitu jelas,” papar Ami. Kondisi serupa juga dirasakan Yanti yang tinggal tak jauh dari Ami. Yanti mengaku sudah menambah kedalaman sumur dangkal agar tidak kering di musim kemarau.
“Dari tujuh meter diperdalam sampai 12 meter. Itupun debitnya enggak sederas tahun-tahun lalu. Biaya untuk memperdalam sumur itu sampai Rp3 juta,” kata dia. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Eko Prajudhy Noor Aly, mengaku belum mendapatkan permintaan dropping air. “Sampai sekarang belum ada laporan permintaan air dari warga atau kelurahan, meski musim kemarau lebih panjang sekitar 20 harian, prediksinya Oktober. Tahun ini kemarau lebih panjang dibanding tahun lalu,” jelasnya, dijumpai Rabu (18/9/2019).
Kendati tak ada permintaan, pihaknya menyiagakan satu unit truk tangki jika ada permintaan sewaktu-waktu. “Jika ada warga membutuhkan dropping air bersih, silakan kontak kami,” pungkasnya.