Esposin, KLATEN–Tak hanya sajian soto yang bikin pelanggan dari berbagai daerah hingga kini setia jajan ke warung Soto Mbah Gito Birun, Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Klaten. Mereka juga menyukai suasana warung seperti kondisi semula meski atap dan temboknya menghitam gegara jelaga. Bahkan, para pelanggan kerap kali berpesan ke pengelola agar warung itu tak dibuah-ubah lagi.
Sebagai informasi, warung Soto Mbah Gito Birun buka saban pasaran Legi atau lima hari sekali. Warung yang sudah beroperasi sejak 1950-an itu berada di kawasan bekas pasar sapi Jatinom yang kini menjadi taman.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Lokasinya di belakang Kantor Kecamatan Jatinom, di seberang Kantor Kelurahan Jatinom. Salah satu menu andalan di warung itu yakni soto sapi. Selain itu ada sajian aneka jeroan sapi. Ada pula aneka goreng serta mentho.
Baca Juga: Nikmat! Ini Resep Soto Sapi Legendaris Mbah Gito Birun Jatinom Klaten
Suasana warung sederhana. Lantainya berupa susunan batu bata. Tiang-tiang kayu lawas menyangga atap bangunan warung berupa limasan itu. Warung menyatu dengan bagian dapur. Sebagian tembok dan atap warung itu menghitam lantaran jelaga.
Sejak kali pertama buka hingga kini warung itu tak berubah lokasi. Hanya sempat ada perubahan pada bagian warung dan dapur yang semula terpisah kemudian disatukan. Selain itu ada beberapa lubang yang semula menjadi pintu ditutup dan menjadi tembok.
Penerus usaha warung Soto Mbah Gito Birun, Ismudja, 65, mengisahkan permintaan pengunjung agar suasana warung tersebut tak diubah. “Dulu kan di sini menggunakan keren [tempat perapian menggunakan kayu bakar]. Jadi saat Legi [saat warung buka], atapnya dibuka. Makanya karena menggunakan keren itu tembok dan atapnya menghitam [karena jelaga]. Sama pelanggan dari Jogja tidak boleh dicat [dibiarkan tetap berjelaga],” ungkap Ismudja saat ditemui Esposin di warung Soto Mbah Gito Birun, Minggu (6/3/2022).
Baca Juga: Warung Soto Mbah Gito Birun Klaten, Buka Hanya Saat Pasaran Legi
Begitu pula dengan lantai warung. Ismudja pernah kepikiran untuk mengganti lantai berupa susunan batu bata dengan keramik. Namun, pelanggan berpesan agar lantai dibiarkan seperti kondisi saat ini atau tak boleh diganti.
Saat melakukan perubahan pada beberapa bagian warung agar terlihat rapi, Ismudja justru kena protes pelanggan. Dia mencontohkan seperti mengubah bagian muka warung yang semula mepet dengan jalan. Bagian muka dibuat menjorok sedikit ke dalam dan mengganti pintu kuno dengan yang baru.
Begitu pula ketika menambah keramik pada sebagian kecil tembok tempat mencuci yang berada di salah satu sudut warung. “Pintu diganti dan saya pasangi keramik pada sedikit bagian tembok itu diprotes sama pelanggan,” kata Ismudja.
Baca Juga: Harga Murah! Soto Kering Bu Yati Delanggu Klaten Bikin Nagih
Bingung
Dia mengaku permintaan pelanggan agar kondisi warung tak banyak diubah itu kerap membuatnya bingung. Di satu sisi Ismudja ingin suasana warung lebih bersih dengan melakukan perubahan. Di sisi lain, dia tak ingin mengecewakan pelanggan.Ismudja akhirnya memilih mengikuti permintaan pelanggan. Dia menyadari selain cita rasa menu yang disajikan, pelanggan ingin menikmati sajian mereka dengan suasana warung yang masih tradisional. “Mungkin yang dicari di sini itu suasana antiknya,” kata Ismudja.
Warung Soto Mbah Gito Birun kini dikelola Ismudja yang merupakan generasi kedua. Warung yang buka sejak subuh hanya saat pasaran Legi itu memiliki pelanggan setiap dari berbagai daerah seperti Klaten, Semarang, Solo, Sukoharjo, Jogja, dan daerah lainnya.
Baca Juga: Lazisss... Soto Garing Mbak Yun di Delanggu Klaten Laris Manis
Disinggung tokoh yang kerap jajan ke warung itu, Ismudja mengatakan salah satunya pesepak bola nasional yang menjadi bek tangguh Timnas Indonesia saat Piala AFF 2020, Fachrudin. Pesepak bola kelahiran Klaten itu kerap jajan ke tempat tersebut bersama keluarganya saat pulang kampung.
Salah satu petugas parkir di sekitar warung soto Mbah Gito Birun, Indra, 24, mengatakan warung soto tersebut tak pernah sepi pembeli. Apalagi, ketika pasaran Legi jatuh bersamaan dengan akhir pekan, soto yang disajikan cepat habis.
Indra juga menjelaskan keluarga Fachrudin kerap jajan di warung soto itu. “Kalau ayahnya Fachrudin setiap Legi sering jajan di sini,” kata Indra.