Esposin, SOLO -- Penjual kuliner daging anjing atau gukguk di Solo memilih tutup mata dan telinga alias tak menggubris berbagai tanggapan miring yang ditujukan kepada mereka.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Salah seorang penjual rica gukguk di wilayah Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Vian, tak mempersoalkan tanggapan orang yang menilai bahaya jika mengonsumsi daging anjing. Yang jelas, tutur dia, selama bertahun-tahun dirinya berjualan rica-rica gukguk tidak pernah mendapati keluhan dari pembeli atau pelanggan terkait penyakit rabies.
Vian menceritakan sekitar tiga bulan lalu ada petugas Pemkot Solo yang mengambil sampel otak anjing yang akan digunakan untuk bahan rica-rica. Hingga kini belum ada informasi dari Pemkot Solo soal hasil pemeriksaan kandungan otak anjing itu.
Baca:
- Solo Surga Kuliner Gukguk, 1.200 Anjing Dibantai Setiap Harinya
- 7 Lokasi Jagal Anjing di Solo Dipasok dari Luar Kota
- Gara-Gara Lihat Kepala Anjing di Panci, Fredy Ogah Konsumsi Kuliner Gukguk Lagi
- Dipanggang Hidup-Hidup, Perjalanan Seekor Anjing Menjadi Seporsi Rica di Kota Solo
Vian mengaku menggunakan anjing yang disembelih untuk kulinernya. "Kami yang jual intinya tidak pernah memaksa, kalau ada yang beli ya mangga kalau tidak juga tidak apa-apa. Tanggapan tiap orang kan beda-beda soal kuliner daging anjing ini, termasuk di antara para penjual," jelas Vian saat diwawancara Esposin, Minggu sore.
Vian setiap harinya kurang lebih menggunakan daging anjing hingga enam ekor untuk diolah menjadi kuliner rica-rica. Sebagaimana diinformasikan, belakangan ini sejumlah komunitas peduli anjing di Solo gencar mengadakan aksi menolak jual-beli daging anjing. Penolakan itu didasarkan pada berbagai temuan di masyarakat mengenai cara pengolahan daging yang tidak sehat hingga tindak kekejaman terhadap anjing.