Solo (Espos)--Kota Solo selama ini memiliki tiga peran dalam kasus trafficking anak-anak di bawah umur. Selain potensial sebagai kota transit, kota berjulukan Bengawan ini rupanya juga menjadi kawasan yang sangat empuk sebagai penyuplai dan penerima perdagangan anak-anak.
“Sebagai kota transit, kami sudah kerap menemukan anak-anak dari luar Solo yang akan dikirim ke daerah lain. Begitu pun sebagai penyuplai maupun penerima, Solo juga sangat potensial. Karena, ketiga-tiganya memang kami temui semua kasusnya,” ujar pegiat LSM Kakak yang konsentrasi pada perlindungan terhadap anak-anak, Fajar Yulianto kepada wartawan di sekretariatnya, Selasa (30/3).
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Menurut Fajar, kasus trafficking anak-anak di bawah umur terus merangkak naik di Kota Bengawan ini. Dia menyebutkan, selama tahun 2009 hingga awal tahun 2010 ini, pihaknya telah menangani kasus anak-anak yang mengalami eksploitasi seksual dan komersial anak sebanyak 40 jiwa. Sedangkan, pada kasus anak-anak yang mengalami kekerasan fisik dan psikologi mencapai 39 anak.
“Rata-rata anak sebagai korban atas perkembangan kota yang terus bersolek. Mulai diskotek, kafe-kafe, hotel-hotel, dan hiburan-hiburan malam,” paparnya.
Pada kasus kekerasan di sektor pendidikan dan korban pemberitaan, kata Fajar, juga kerap membuat anak-anak tak bisa bangkit. Menurutnya, kekerasan terhadap anak-anak pada sektor tersebut sudah sering terjadi dan belum ada penanganan yang optimal dari Pemkot Solo. asa