Boyolali (Esposin) - Serapan bahan pangan nonberas di Kabupaten Boyolali tergolong rendah. Pasalnya, tingkat konsumsi bahan pangan nonberas ini baru sekitar 10%. Rendahnya konsumsi terhadap nonberas ini disinyalir karena budaya pangan masyarakat yang susah diubah.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Dirham menambahkan selain ketergantungan masyarakat akan beras juga produksi bahan pangan ini masih minim. Padahal kebutuhan pasar akan bahan nonberas seperti singkong, jagung, enthik serta umbi-umbian lainnya cukup tinggi.
Menurutnya, umbi-umbian seperti singkong, gembili serta garut dan sebagainya kandungan gizinya tidak kalah dengan beras. Bahkan, jika melirik harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tanaman yang memiliki nama ilmiah Oryza Sativa ini.
Dijelaskan, mereka yang banyak mengonsumsi bahan pangan nonberas ini di daerah utara Boyolali. Antara lain Wonosegoro, Juwangi, Karanggede, Kemusu serta Andong. Lahan pertanian di beberapa daerah tersebut termasuk dalam lahan marginal. Yaitu kontur dan struktur tanah dengan kandungan zat hara kecil atau lahan tidak produktif.
“Kami terus mengupayakan ini yaitu bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) untuk budidaya non beras. Selain itu, sosialiasasi terus digencarkan,” imbuhnya.
Menurutnya, permintaan pasar akan bahan pangan ini sangat besar. Namun, permintaan itu belum bisa dipenuhi karena di dalam wilayah Boyolali sendiri kebutuhan akan nonberas kurang. Pihaknya terus menjalin kerja sama dengan instansi terkait untuk menggenjot produktivitas bahan pangan ini.
Selain itu, pihaknya menargetkan pada tahun 2012 mendatang, konsumsi beras di Boyolali ditekan turun hingga 10%. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak pangan nonberas agar tingkat konsumsinya naik serta mengurangi ketergantungan masyarakat akan beras.
rid