Esposin, SUKOHARJO -- Sebagian rumah isolasi terpadu untuk orang positif Covid-19 di tingkat desa/kelurahan Kabupaten Sukoharjo masih kosong selama sepekan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
Warga yang positif Covid-19 tanpa gejala dan kontak erat pasien positif memilih menjalani karantina mandiri di rumah selama 10 hari. Rumah isolasi terpadu masing-masing desa/kelurahan kembali difungsikan seiring pendirian posko Covid-19.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Pemerintah desa/kelurahan menyiapkan rumah isolasi terpadu sejak awal pandemi Covid-19 pada akhir Maret 2020. Kala itu, pasien terkonfirmasi positif tanpa gejala menjalani karantina mandiri di rumah isolasi terpadu tersebut.
Baca Juga: Bersama Gibran, Presiden Jokowi Nyekar Ke Makam Orang Tua Di Karanganyar
Kendati kembali difungsikan, rumah isolasi terpadu pasien Covid-19 pada sejumlah desa/kelurahan Sukoharjo masih dalam kondisi kosong. Pintu rumah isolasi terpadu dikunci rapat lantaran tak ada penghuninya.
“Ada satu keluarga yang menjalani karantina mandiri di rumah. Satu keluarga itu terdiri dari lima orang. Empat di antaranya menjalani karantina mandiri di rumah. Satu anggota keluarga lainnya dirawat di RS dr Oen Solo Baru,” kata Kepala Desa Madegondo, Kecamatan Grogol, Marzuki, kepada Esposin yang menemuinya di kantornya, Senin (15/2/2021).
Stigma Sosial
Menurut Marzuki, para pasien positif tanpa gejala dan kontak erat pasien positif memilih menjalani karantina mandiri di rumah. Mereka khawatir dengan stigma sosial akibat wabah Covid-19 di masyarakat. Stigma sosial ini dipengaruhi ketakutan masyarakat atas transmisi virus.Baca Juga: Berhari-Hari Warga Banaran Sukoharjo Diteror Ular, 3 Ekor Ditemukan Di Lapangan
Sejatinya, pemerintah desa di Sukoharjo telah mendorong pasien positif Covid-19 tanpa gejala dan kontak erat pasien positif untuk memanfaatkan rumah isolasi terpadu.
“Di Desa Madegondo ada 40 RT. Hanya satu RT berkategori zona kuning. Rumah isolasi terpadu Desa Madegondo menempati gedung PKK yang jarang digunakan. Kapasitas rumah isolasi terpadu sekitar lima orang,” ujarnya.
Marzuki meminta agar pengurus RT kategori zona kuning memperketat aktivitas dan mobilitas penduduk. Kegiatan keagamaan di tempat ibadah dibatasi untuk mencegah kerumunan yang berisiko dalam penularan pandemi Covid-19. Terlebih, wilayah Desa Madegondo berbatasan langsung dengan Kota Solo dengan mobilitas penduduk cukup tinggi setiap hari.
Baca Juga: Mendadak Pusing, PNS Karanganyar Jatuh Ke Sungai Dari Jembatan Ring Road Sroyo
Ujung Tombak
Dalam waktu dekat, Marzuki bakal mengundang tokoh agama untuk menyosialisasikan pencegahan dan penanganan Covid-19. “Saya telah menyosialisasikan pencegahan dan penanganan Covid-19 kepada para RT/RW. Mereka menjadi ujung tombak dalam upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 pada wilayah masing-masing,” tuturnya.Lurah Jombor, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Mursid Indarto Putro, menyampaikan hal senada soal rumah isolasi terpadu pasien Covid-19 wilayahnya yang juga masih kosong. Pasien positif tanpa gejala dan kontak erat pasien positif memilih menjalani karantina di rumah hingga sembuh.
Selain itu, mereka memilih menjalani karantina di rumah untuk memudahkan kerabat keluarga menyuplai makanan dan minuman serta vitamin. “Biasanya, para pasien positif yang menjalani karantina mandiri butuh sesuatu yang diinginkan. Nah, kerabat keluarga atau tetangga rumah lantas memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga, kondisi rumah isolasi terpadu masih kosong,” katanya.