Esposin, BOYOLALI – Seorang anak asal Dusun Jurangporong, Desa Bandungan, Klaten, sebut saja, Shodi, 14, terlihat cekatan menggali pasir di antara dua tebing tinggi yang cukup curam wilayah Kecamatan Tamansari, Boyolali, Jumat (22/7/2022) siang.
Tubuh berisi bocah penambang ini menjadi sumber tenaga agar ia tetap kuat mengeruk pasir di depannya. Pada hari biasa, ia bekerja di tambang untuk menggali pasir sepulang sekolah.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Sementara pada akhir pekan atau libur sekolah, ia berangkat ke jurang perbatasan antara Boyolali dan Klaten itu mulai pukul 07.00 WIB. Biasanya, dia akan pulang sebelum petang, yakni pukul 16.30 WIB.
Shodi bahagia bisa mengumpulkan berlembar-lembar uang dari pekerjaan yang menguras fisik tersebut. Kena panas matahari tak jadi masalah baginya. Ia tetap penuh semangat mengeruk pasir.
Bocah yang masih duduk dibangku SMP itu seolah telah bersahabat dengan aktivitas penambangan pasir dan bebatuan di jurang. Saat musim banjir, ia biasanya libur menambang.
Baca juga: Jalan Kebon Bayat Ambyar, Bupati Klaten: Jadi Tanggung Jawab Penambang
Shodi akan kembali lagi setelah banjir reda. Dalam satu pekan, ia mendatangi lokasi penambangan pasir itu minimal hingga empat kali.
Shodi memang pekerja keras. Selain menjadi penambang pasir pasir, ia juga biasa jadi kenek mobil tangki air. Sepulang sekolah, ia biasanya menawarkan diri dulu kepada tetangganya untuk menjadi kenek mobil tangki dan menyetor air ke rumah-rumah warga.
Jika tetangganya ramai pesanan, ia absen menambang kemudian ikut mengantar air hingga malam hari. "Paling malam kalau ikut setor air pulang ke rumah pukul 19.00 WIB, setelah itu baru belajar," ucap Ayah Shodi, Sarwono saat ditemui Esposin, Jumat (22/7/2022)
Ia biasa diajak tetangganya untuk menyetorkan air ke rumah-rumah warga. Dengan disopiri oleh tetangganya, ia ikut naik ke mobil tangki yang sudah berisi pesanan air dari warga.
"Sekarang mulai memasuki musim kemarau, jadi setor air ke rumah warga cukup laris," ucap bocah penambang pasir itu, saat ditemui Esposin, Jumat (22/7/2022).
Baca juga: Bikin Jalan Kebon Ambyar, Aktivitas Tambang di Bayat Klaten Dihentikan
Upah yang ia dapatkan selama bekerja sebagai penambang pasir sekitar Rp20.000 - Rp25.000 per hari. Nominal yang sama juga ia dapat dari tetangganya jika membantu setor air untuk sekali angkut.
Upah uang tersebut Shodi gunakan untuk membayar biaya sekolah. Aktivitas menambang hingga bekerja jadi kenek itu awalnya dilarang orang tua. Tapi akhirnya diizinkan karena dia memaksa.
"Tadinya saya sudah melarang, tapi dia tidak mau, ya sudah saya izinkan asal tidak mengganggu sekolahnya," kata ayah Shodi.
Keluarga Shodi sebenarnya juga sudah mendapat bantuan dari pemerintah. Namun, Shodi merasa perlu mencari tambahan agar bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari, termasuk uang jajan.
Dengan polosnya, bocah penambang pasir ini mengatakan tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.
Baca juga: PENAMBANGAN BOYOLALI : Kelompok Penambangan Rakyat Mulai Dibentuk