Esposin, SOLO– Sejumlah warga menolak rencana penataan koridor Jl Ahmad Yani Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Warga yang menolak telah membuat petisi.
Informasi yang diterima Esposin, 19 warga membuat petisi penolakan penataan koridor Jl A Yani Gilingan segmen D, tepatnya di depan pertokoan, timur kawasan Masjid Sheikh Zayed. Sebanyak 19 warga itu merupakan pelaku usaha toko, rumah makan, dan kantor lainnya.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Petisi dilengkapi tanda tangan beserta cap RT 004 RW 013 Kelurahan Gilingan, RT 007 RW 013 Gilingan, dan RW 013 Kelurahan Gilingan. Alasan warga menolak karena akan membuat kendaraan pengunjung tidak dapat parkir di depan lokasi usaha mereka.
Salah satu warga Hary N, 50, menjelaskan telah mendapatkan sosialisasi penataan koridor Jl Ahmad Yani di Pendapa Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo, Rabu (17/7/2024) malam. Selama ini, warga di segmen D justru mendapatkan dampak negatif Masjid Sheikh Zayed.
“Di sini banyak tempat usaha, dari awal sebelum masjid ada pun kami semua sudah tinggal di sini. Tahu- tahu dengan adanya pembangunan dari UEA [Uni Emirat Arab] warga gak dapat apa-apa, parkir liar dari mana-mana bukan warga sini,” jelas dia kepada Esposin melalui telepon, Rabu (24/7/2024) malam.
Selain itu, kata dia, warga kerap kesulitan akses untuk keluar karena terhalang kendaraan yang parkir di depan bangunan. Selain itu ada persoalan sampah sisa makanan/minuman yang bersumber dari pedagang kaki lima (PKL).
Menurut Hary, para pelaku usaha memiliki pelanggan sendiri sebelum adanya pengunjung Masjid Sheikh Zayed. Warga yang menempati segmen D merasa tidak mendapatkan manfaat dari bangunan masjid.
“Itu sering dikeluhkan kok tiba-tiba kemarin kami dapat undangan sosialisasi koridor Ahmad Yani. Kami kira sosialisasi mau dirembuk dulu, menanyakan bagaimana pendapat warga,” papar dia.
Dia menjelaskan materi sosialisasi justru sudah tersedia dokumen berisi susunan anggaran biaya, kontraktor penataan koridor Jl Ahmad Yani Gilingan ikut sosialisasi, dan desain yang dipaparkan tidak sesuai dengan kondisi bangunan warga.
“Sebetulnya tidak hanya warga yang punya usaha namun warga yang tidak punya usaha rumahnya nantinya melewati trotoar, banyak orang nongkrong di trotoar. Itu yang memuat keberatan kami, semua sepakat untuk menolak dengan pembangunan trotoar apalagi ada lampu setiap lima meter malangi, kalau pas di depan usahanya gimana nasibnya,” ungkap dia.
Menurut dia, salah satu petugas pada sosialisasi menyampaikan kepada warga untuk menyesuaikan bangunan dengan trotoar gaya UEA. Warga tersinggung diminta menyamakan desain rumah.
“Buat pemerintah belum tentu bagus buat warga. Bagus buat warga belum tentu bagus bagi pemerintah. Ini kami modal dari mana, emangnya pemerintah kasih duit, warga juga gak mau kompensasi,” papar dia.
Selain itu, lanjut dia, para petugas belum bisa memberikan kepastian mengenai parkir kendaraan bagi pelanggan. Trotoar maupun badan jalan tidak digunakan untuk fasilitas parkir.
Dia menambahkan adanya Masjid Sheikh Zayed seharusnya mengayomi semua warga supaya mendapatkan dampak positif pembangunan, bukan mematikan usaha yang sudah ada.
Terpisah, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Solo Gatot Sutanto mengatakan akan melakukan komunikasi terkait rencana penataan koridor Jl Ahmad Yani Gilingan, terutama kepada warga yang menolak.
Sebelumnya, Pemkot Solo segera merevitalisasi koridor Jl Ahmad Yani, Gilingan, Banjarsari, Solo, tepatnya segmen perempatan Ngemplak sampai dengan perempatan Terminal Tirtonadi. Pembangunan tersebut untuk mendukung aktivitas wisata religi Masjid Sheikh Zayed.