Esposin, SOLO -- Penulis buku Keplek Ilat: Sejarah Wisata Kuliner Solo, Heri Priyatmoko, mengungkapkan perjalanan sejarah tengkleng sebagai salah satu menu kuliner favorit di Tanah Air. Kuliner itu lahir dari kreativitas wong Solo saat penjajahan Jepang.
Saat itu masyarakat Solo sedang dalam kondisi sulit. “Penemuan tengkleng ini hasil kreativitas di dapur di tengah situasi yang sangat pelik, yaitu era [penjajahan] Jepang. Saat itu sedang kondisi susah, orang Solo menemukan tengkleng,” ujarnya, Rabu (3/8/2022).
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Dalam perkembangannya, tengkleng tidak hanya dikonsumsi masyarakat kalangan bawah, tapi juga kalangan priyayi. Fenomena itu, menurut Heri, membuktikan tengkleng mampu menunjukkan jati diri dan harga dirinya yang tinggi untuk kategori kuliner.
“Padahal namanya ngotot-ngotot balung itu, nuwun sewu, sudah seperti hewan. Tapi itu membuktikan tengkleng mempunyai harga diri yang sangat tinggi untuk kategori makanan. Tidak kalah dengan makanan-makanan lain,” katanya mengenai sejarah lahirnya tengkleng di Solo.
Selain dari bahan tulang-tulang yang sudah diambil dagingnya, Heri menjelaskan tengkleng dibuat dari organ-organ hewan yang pada umumnya tidak diminati. Tapi dengan cara pengolahan yang kreatif dan bumbu spesial, jadi lah menu tengkleng.
Baca Juga: Yuk ke Festival Kuliner Solo, Ada 1.000 Porsi Tengkleng Gratis Lho!
“Juga tidak lepas pada ekologi. Itu kalau dimasak di Jatim atau di Kalimantan ya rasanya berbeda. Karena bagaimana pun makanan itu pasti berkaitan dengan sejarah daerahnya, kemudian suasananya, juga tangan pengolahnya,” terangnya.
Sedangkan untuk kuliner satai, menurut Heri, diadaptasi dari menu kuliner kegemaran warga keturunan Arab. Seperti diketahui, mereka gemar menyantap menu kuliner daging. Ternyata budaya kuliner mereka diterima warga lokal.
Budaya Kuliner Daging
Tidak hanya menerima budaya kuliner daging, warga Solo juga mengembangkan atau memodifikasi jenisnya. Di Solo, masuknya budaya makan daging banyak terjadi di wilayah Pasar Kliwon yang ditinggali warga Arab dan keturunannya.Baca Juga: Selain Tengkleng, 20.000 Porsi Sambal Menanti di Festival Kuliner Solo
“Di sana sampai sekarang masih terlihat jejak-jejaknya, banyak warung satai kambing. Bahkan tempat penjagalan kambing ada di Semanggi. Pasar Kliwon menunjukkan komoditasnya adalah kambing untuk melayani komunitas Arab,” urainya.
Seperti diketahui, tengkleng yang terbuat dari tulang dan jerohan kambing telah menjadi kuliner ikonik yang mengiringi perjalanan sejarah Kota Solo. Walaupun kemudian banyak dikembangkan di daerah sekitar, tengkleng sudah kadung identik dengan Solo.
Pada penyelenggaraan festival kuliner bertajuk Solo Indonesia Culinary Festival 2022 di Benteng Vastenburg mulai Kamis-Minggu (4-7/8/2022), tengkleng menjadi salah satu sajian istimewa.
Baca Juga: Resep Nasi Liwet Solo, Makanan Khas yang Jadi Ikon Kuliner Solo
Panitia menyediakan 1.000 porsi tengkleng untuk dinikmati masyarakat secara gratis. Tak hanya itu, panitia juga menyediakan 20.000 porsi sambal dari beragam jenis sambal nusantara dan negara ASEAN.