Esposin, BOYOLALI -- Pandeyan merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Pandeyan berbatasan dengan desa lain di Kecamatan Ngemplak Boyolali, yakni Donohudan, Sawahan, dan Kismoyoso. Pandeyan juga menjadi salah satu desa yang dilewati jalur tol Trans Jawa dan jalur Kereta Api Bandara.
Promosi Kompetisi BRI Liga 1 Ciptakan Perputaran Ekonomi hingga Rp10,4 Triliun
Dari cerita sejarah, Pandeyan ternyata merupakan pusat pande atau pandai atau penempa besi di sekitar tahun 1930.
Cerita itu disampaikan Kepala Desa Pandeyan, Ngemplak, Boyolali, Dwi Purboyono, saat ditemui espos.id di kantornya belum lama ini. Dia mengatakan cerita tersebut juga didapatkan dari para sesepuh desa.
Polisi Selidiki Kasus Pemuda Meninggal Tersayat Benang Layangan di Mojosongo Solo
Awal mula munculnya nama Desa Pandeyan terjadi sekitar tahun 1931. Saat itu pemerintahan dikendalikan seorang bekel yang merupakan sesepuh dusun. Jika disamakan zaman sekarang, bekel kedudukannya setara dengan kepala desa.Bekel di Pandeyan saat itu mempunyai bawahan yang disebut demang. Demang pun memiliki bawahan yang disebut jagabaya.
Namun tidak seperti saat ini di mana pusat pemerintahan desa menetap. Saat itu masih berpindah-pindah dari dusun ke dusun, disesuaikan dengan asal-usul atau kediaman bekel yang menjabat. Sebab saat itu belum memiliki kantor atau balai desa yang tetap.
2 Orang Meninggal Akibat Demam Berdarah di Boyolali
Untuk melakukan kegiatan itu masyarakat membutuhkan peralatan seperti cangkul, sabit, cetok dan sebagainya. Untuk itu warga setempat memiliki gagasan untuk membuat peralatan sendiri.
Pembuatan Cangkul
Secara berkelompok, warga pun mulai melakukan aktivitas menempa besi, atau menjadi pandai besi. "Jadi dulunya merupakan sentra pembuatan cangkul dan sebagainya, atau pusat pandai besi," kata Dwi kepadaWarga Tanon Sragen Takut Ketularan Covid-19 dari Sarung Tangan Petugas Saat Rapid Test
Peralatan logam buatan warga itu ternyata memiliki kualitas yang bagus, dan dikenal oleh dusun-dusun lainnya. Hingga akhirnya sang bekel menetapkan lokasi yang kemudian disebut Dusun Pandeyan itu menjadi pusat pemerintahan.Dikisahkan, dengan mengendarai kuda, dengan berpakaian berwarna serba hijau dan berikat kepala, bekel tersebut berkeliling dari dusun ke dusun memberi pengumuman, bahwa pusat pemerintahan dan pelayanan akan dilayani di Dusun Pandeyan. Sampai sekarang, nama Pandeyan digunakan sebagai nama desa di Ngemplak Boyolali.