Esposin, KLATEN -- Untung Raharja, warga Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Klaten, memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan unek-unek dan kesedihan karena lahannya kena proyek tol Solo-Jogja.
Bukan membentangkan spanduk apalagi berorasi. Untung memilih membikin replika stoom walls yang kemudian ia pajang di tepi jalan raya seperti monumen.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Replika yang dipajang di tepi jalan raya Klaten-Ngupit, Dukuh Jetis, Desa Gatak, itu bercat kuning dan berbahan seng, kayu, dan bambu. Lebarnya 3 meter, panjang 7 meter, dan tinggi 2,5 meter.
Baca Juga: Kasus Baru Positif Covid-19 Klaten Tambah 89 Orang, 5 Meninggal
Warga Klaten yang lahannya kena proyek tol Solo-Jogja itu menambah tulisan pada kedua sisi replika stoom wall bikinannya. Masing-masing bertuliskan selamat datang jalan tol Jogja-Solo dan selamat tinggal rumah kenangan.
Untung membuat replika itu seorang diri selama dua bulan di rumahnya yang juga menjadi bengkel tempat ia bekerja sehari-hari di RT 12/RW 05, Desa Gatak.
“Kalau dirupiahkan untuk bahan baku saja habis sekitar Rp3 juta. Awal bikin itu banyak yang tanya. Saya hanya jawab bikin odong-odong. Setelah semua selesai dan ada tulisannya akhirnya mereka bisa memahami dan mendukung,” kata Untung saat ditemui Esposin di rumahnya, Minggu (18/4/2021).
Baca Juga: Klaster-Klaster Baru Bermunculan, Grafik Kasus Covid-19 Klaten Terus Naik
Patok Kuning
Salah satu aspirasi yang ingin ia sampaikan lewat replika itu yakni perasaan berat meninggalkan tanah kelahirannya yang kena proyek tol Solo-Jogja wilayah Klaten. Untung menuturkan rumah sebagian warga RT 011/RW 004 serta RT 012/RW 005 bakal tergusur proyek tol.Termasuk rumah Untung yang sudah ia warisi secara turun-temurun dari keluarganya. Tak lama lagi rumah Untung yang tepat berada pada patok kuning akan hilang, berganti wajah dengan jalan bebas hambatan.
“Boleh dibilang berat ya berat [merelakan rumah dan pekarangan untuk proyek tol]. Pada sisi lain sebagai warga negara ya karena dengan alasan untuk kepentingan orang banyak mau bagaimana lagi. Rumah ini akan menjadi kenangan bagi saya. Sulit untuk divisualisasikan,” kata Untung.
Baca Juga: Pemkot Solo Buka Link Pendaftaran Vaksinasi Covid-19, Tapi Khusus Lansia
Selain berat harus meninggalkan tanah kelahiran, warga Klaten yang rumahnya kena proyek tol Solo-Jogja harus mencari tempat tinggal baru. Hal itu menurut Untung tak mudah dilakukan lantaran harus mempertimbangan berbagai aspek.
Salah satunya harga tanah yang terus meningkat. Belum lagi harus beradaptasi di tempat baru. Untung berharap aspek historis dan psikologis warga yang rumahnya terdampak tol menjadi pertimbangan pemerintah menentukan nilai ganti kerugian.
Tak hanya menghitung nilai fisik, pemerintah diharapkan bisa menghitung nilai ganti nonfisik. “Kalau memang jalan tol ini nanti akhirnya juga menjadi profit oriented, kami berharap nilai ganti yang diberikan kepada warga itu juga yang menguntungkan,” ungkapnya.
Baca Juga: Ditinggal Ke Tempat Anak, Rumah Pria 91 Tahun Di Karanganyar Ludes Terbakar
Nilai Ganti Rugi
Untung menjelaskan hingga kini warga yang lahan dan bangunannya kena proyel tol Solo-Jogja wilayah Klaten itu belum mendapatkan kepastian nilai ganti kerugian yang bakal mereka terima. Begitu pula jadwal pembayaran uang ganti rugi yang hingga kini masih belum jelas.“Warga sini sebenarnya sudah banyak bertanya-tanya kapan kepastiannya akan muncul. Paling tidak warga bisa tahu nilai gantinya berapa sehingga bisa segera melakukan langkah-langkah [mencari tempat baru]. Kalau belum jelas seperti ini mengganggu pekerjaan dan kehidupan warga,” kata Untung.
Baca Juga: 4 Warga Ngringo Karanganyar Kena Demam Berdarah, 3 Masih Anak-Anak
Sebagai informasi, ada sekitar 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak proyek jalan tol Solo-Jogja. Luas lahan terdampak jalan tol sekitar 3.775.215 meter persegi.
Proses pembayaran ganti rugi bagi pemilik lahan terdampak hingga kini masih bergulir. Pembayaran ganti kerugian sudah dibayarkan ke warga terdampak di sejumlah desa wilayah Delanggu dan Polanharjo.