Esposin, SRAGEN -- Mbah Gotho meninggal dunia sepekan setelah pulang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Di rumah sakit itu, Mbah Gotho sempat dirawat selama 10 hari sejak 12 April lalu.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Kepulangan Mbah Gotho dari rumah sakit bukan karena sudah sembuh. Keluarga dan rumah sakit tak kuasa menolak permintaan Mbah Gotho untuk pulang.
"Mbah Gotho tidak mau makan selama sepekan sehingga dia dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit, Mbah Gotho juga tidak mau makan. Keluarga dan dokter sudah merayunya untuk makan. Tapi Mbah Gotho tetap pada pendiriannya. Saat ditanya, dia mengaku hanya ingin mati. Bahkan, kepada keluarganya, ia berpesan supaya dia dibuang saja ke Sungai Bengawan Solo," papar Kepala Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Sriyanto, kala dihubungi Esposin, Minggu (30/4/2017) malam.
Keluarga akhirnya menuruti permintaan Mbah Gotho yang menginginkan pulang. Selama sepekan di rumah, Mbah Gotho juga tidak doyan makan. Dia hanya mau minum teh hangat buatan anak dan cucunya.
Selama hampir sebulan, hanya teh hangat yang dikonsumsi Mbah Gotho. "Dia hanya mau minum teh. Teh itu dinikmati sedikit-sedikit. Dia tidak mau minum air putih. Sebelum dibawa ke rumah sakit, Mbah Gotho masih doyan merokok. Namun, sejak dibawa ke rumah sakit, keluarga tidak mengizinkan dia merokok lagi," terang Sriyanto.
Mbah Gotho rencananya dikebumikan di permakaman umum Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, pada pukul 10.00 WIB. Permakaman itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya.