Esposin, WONOGIRI -- Serangan kera di Desa Tegiri, Batuwarno, Wonogiri, semakin mengganas selama dua bulan terakhir. Puluhan hektare perkebunan dan tegalan warga rusak karena dijarah kera liar.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Primata tersebut menjarah apa saja yang berbuah dari perkebunan dan tegal warga. Jika terus dibiarkan, dikhawatirkan para warga tidak berani menanam kembali di perkebunan dan tegalan karena dipastikan akan diserang kera. Biasanya mereka menjarah kacang tanah, ketela, pisang, dan jagung.
Kepala Desa Tegiri, Wahyudi, mengatakan mulanya serangan kera hanya terjadi di beberapa dusun seperti Butuh, Klumpit, Sumur, Wonosari, dan Lorog. Namun belakangan ini, jangkauan primata tersebut melebar ke Dusun Dahari, Dusun Weru, dan Dusun Laban.
Padahal menurut Wahyudi, ketiga dusun tersebut terletak cukup jauh dari hutan. “Dengan bertambahnya dusun yang diserang, kini mereka sudah menyerang hampir sepertiga desa. Kalau kerugiannya sudah tidak bisa disebutkan lagi. Yang diserang sudah puluhan hektare. Warga merugi hingga puluhan juta rupiah,” kata dia saat dihubungi Esposin, Jumat (21/4/2017).
Untuk meminimalkan kerusakan yang diakibatkan serangan kera, para warga berupaya ekstra menghalau para kera di perkebunan dan tegalan. Mereka beramai-ramai mengusir kera apabila mendapati primata tersebut tampak dari kejauhan.
“Sehabis pulang dari kantor, saya langsung berjaga-jaga di tegalan bersama warga. Ini tadi saya habis mengusir kera bersama warga,” tambah dia.
Bahkan di beberapa dusun, para warga patungan untuk menyewa anjing pemburu beserta pawangnya. Jasa pawang anjing pemburu beserta anjingnya sekitar Rp500.000/hari.
Setiap pawang anjing memiliki tujuh anjing pemburu. Hal itu dinilai efektif mengusir kera untuk sementara waktu. “Namun sudah dihentikan. Cuma berjalan dua hari. Hla biayanya cukup mahal,” sambung Wahyudi.
Namun demikian, belum ada solusi permanen untuk mencegah primata-primata tersebut menjarah perkebunan dan tegalan warga. Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan Batuwarno untuk mengatasi keadaan tersebut, namun Pemerintah Kecamatan Batuwarno tidak bisa berbuat banyak atas hal tersebut.
“Hla mau bagaimana? Yang dilawan kera liar. Kalau kondisi ini terus menerus terjadi, para warga tidak mendapatkan penghasilan karena tanamannya selalu dijarah kera,” tandasnya.