Esposin, SRAGEN – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen segera menutup lubang yang menghiasai ruas jalan yang menghubungkan Majenang-Karanganom-Baleharjo, Sukodono, Sragen. Tetapi perbaikan total Jeglongan Sewu di Sukodono, Sragen, agaknya belum terealisasi pada tahun ini.
DPUPR belum mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan secara permanen dengan beton rigid pada tahun ini. Kontruksi beton rigid dianggap sebagai solusi yang tepat untuk memperbaiki jalan dengan kontur tanah yang labil. Kendati begitu, solusi permanen dengan pembangunan kontruksi beton rigid itu kemungkinan baru bisa direalisasikan pada 2022.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
“Perbaikan secara total kami perkirakan pada 2022,” ujar Kepala DPUPR Sragen, Marija, kepada Esposin, Senin (1/3/2021).
Baca juga: Ngeri Lur! Ini Potret Jeglongan Sewu di Sukodono Sragen
Karena ketiadaan anggaran, pada tahun ini hanya ada perawatan jalan secara rutin. Perawatan jalan itu menyasar jalan berlubang seperti di Jeglongan Sewu Sukodono yang dianggap membahayakan bagi pengguna jalan. Perawatan jalan ini biasa dilaksanakan dengan sistem tambal sulam.
Sebelumnya diberitakan, fenomena Jeglongan Sewu atau jalan rusak tidak hanya muncul Sukodono, Sragen, tepatnya di ruas jalan provinsi yang menghubungkan Solo-Purwodadi. Ruas jalan Kabupaten Sragen yang menghubungkan Majenang-Karanganom-Baleharjo juga mengalami rusak parah.
Warga sekitar pun menyebut jalanan yang rusak parah itu dengan istilah objek wisata jeglongan sewu Pantauan Esposin di lokasi, kerusakan jalan cukup parah terlihat di setelah gapura masuk Desa Karanganom.
Baca juga: 2 Ular Piton Ditangkap di Sragen, Lokasinya Bikin Terkejut
Jeglongan Sewu
Jalan alternatif menuju wilayah Purwodadi itu dipenuhi lubang dengan genangan air. Hanya kendaraan roda dua yang terlihat melintasi jalan itu. Kendaraan roda empat rata-rata memilih jalur lain demi menghindari jalan rusak itu.
Genangan air berada tepat di tengah jalan dengan diameter berbeda mulai sekitar 1-1,5 meter. Di jalan sepanjang sekitar 700 meter itu, ada sekitar 10 genangan air dengan kedalaman yang bervariasi.
“Saat kami tahu kondisi jalan seperti itu, saya ragu mau terus melaju atau balik kanan. Sebab, saya tidak tahu kedalaman genangan air itu seberapa. Takutnya mobil saya terperosok dan tak bisa jalan. Karena mobil saya tidak bisa putar balik, akhirnya mau tidak mau saya menerjang genangan air itu. Ternyata memang cukup dalam,” ujar Hartono, pengemudi kendaraan roda empat asal Geyer, Grobogan, kepada Esposin di lokasi.