Sragen (Esposin)--Ratusan warga di Dukuh Pilang Bangu RT 19-22, Desa Sepat, Masaran, Sragen berebut air bersih saat dua unit mobil tangki milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang mengantarkan bantuan air bersih dari Satlantas Polres Sragen tiba di dukuh setempat, Jumat (23/9/2011).
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Puluhan warga menggelar ember kosong berbagai ukuran di pinggir jalan saat menanti bantuan air bersih. Mereka menggerombol di beberapa tempat. Di lingkungan RT 19, terdapat dua lokasi antrean air bersih. Demikian pula di lingkungan RT 20, 21 dan 22 pun juga banyak yang antre. Sebagian air dituangkan dalam bak penampungan besar dan sebagian lainnya dialirkan langsung ke ember milik warga.
“Kok bolongane Cuma satu. Biasanya ada dua lubang air, di samping dan di belakang mobil tangki,” celetuk Ny Ngadikun, 60, warga setempat saat mobil tangki air yang dikemudikan Priyo berhenti di perempatan kampung.
“Sabar, mbah. Ya, di belakang sini juga bisa untuk ambil air,” timpal Priyo seraya membuka kran air dan menghidupkan mesin pompa air.
Air yang keluar dari dua pipa berukuran satu dim langsung menjadi rebutan warga yang mengacung-acungan ember kosong. Ada yang membawa dua ember, tiga ember sampai empat ember. Semua warga terlibat dalam perebutan air itu, mulai dari anak-anak, remaja dan orang dewasa. Rata-rata para perempuan yang berebut air itu.
Mbah Ngadikun beberapa kali pulang ke rumah dengan membawa dua ember berisi air penuh. Rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat pembagian memberi keuntungan tersendiri bagi Ngadikun. “Air ini saya tuangkan di gentong besar. Air satu gentong ini digunakan untuk tiga keluarga, saya sendiri dan dua anak saya,” aku Ngadikun saat dijumpai Esposin, Jumat kemarin.
Dari keterangan, Kepala Desa Sepat, Sahida Ahmad, ketika dijumpai Esposin, secara terpisah, jumlah kepala keluarga (KK) yang krisis air bersih di empat RT itu mencapai 170 KK atau hampir 1.000 jiwa. Biasanya mereka hanya mengandalkan sumber air Tunggon. Namun setiap kemarau tiba, sambung dia, debit sumber air itu berkurang.
“Jarak sumber air dengan Pilang Bangu sekitar 20 km mengakibatkan pelayanan air tak sampai ke warga di empat RT itu. Sementara mereka hanya mengandalkan sebuah sumur sederhana dengan kedalaman 40 meter. Ya, mereka harus menimbah air itu setiap pagi atau sore. Untuk menimbah air pun, mereka juga harus antre panjang,” imbuhnya.
Menurut dia, krisis air bersih di dukuh ini terjadi sejak sebelum Lebaran. Seingat dia, pemerintah baru menyuplai air bersih selama dua kali sejak sebelum Lebaran sampai sekarang. Selebihnya, Sahida tak mengetahui. “Bantuan dari Satlantas Polres Sragen ini sangat membantu meringankan beban warga untuk mendapatkan air bersih. Kami harap bantuan seperti ini terus mengalir. Beberapa bantuan sebelumnya sempat tidak merata, karena sebagian warga tak dapat bantuan air. Mulai sekarang kami berusaha agar bantuan merata,” ujarnya.
(Oleh: Tri Rahayu)