Esposin, BOYOLALI -- Menyambut 1 Sura, masyarakat Boyolali di lereng Merapi, tepatnya di Desa Lencoh, Kecamatan Selo mengadakan sedekah gunung kepala kerbau, Senin (18/7/2023) malam.
Beberapa masyarakat dan wisatawan campur aduk di sekitar Joglo Mandala I Desa Lencoh. Mereka menanti kedatangan kepala kerbau dan gunungan hasil bumi yang akan diperebutkan warga.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Sambil menunggu, para tamu dan masyarakat dihibur dengan pertunjukkan wayang. Kemudian, keramaian terjadi sekitar pukul 21.15 WIB saat rombongan kirab pembawa kepala kerbau dan gunungan hasil bumi berjalan dari Dukuh Temusari menuju Joglo Mandala I. Di belakangnya juga terdapat atraksi anak muda yang menyemburkan api.
Setibanya di joglo, kepala kerbau dan tumpengan hasil bumi diletakkan di atas meja. Singkat cerita, sesaji tersebut kemudian didoakan.
Lalu, warga berebut gunungan hasil bumi. Tujuannya ngalap berkah untuk masyarakat sekitar.
Ketua Panitia, Suwarno, menuturkan kegiatan sedekah Merapi tersebut telah ada sejak 1970-an. Ia menyatakan kegiatan sedekah merapi tetap dijaga masyarakat dengan tujuan pertama, yakni ngalap berkah kepada sesepuh Gunung Merapi.
Masyarakat yang melaksanakan tradisi sedekah Merapi tidak hanya warga Lencoh, tapi warga Selo yang berada di Lereng Merapi.
"Tujuannya untuk keselamatan dengan menolak bala terkait terjadinya meletusnya Gunung Merapi dan lain sebagainya," ujar dia saat ditemui Esposin di sela-sela acara.
Setelah itu, kepala kerbau dan beberapa sesaji hasil bumi akan dikirab menuju New Selo. Lalu, pada pukul 00.00 WIB, 10 orang yang terdiri dari sesepuh ahli tradisi dan sukarelawan menuju tempat pelarungan kepala kerbau dan sesaji.
Suwarno menjelaskan tempat pelarungan pada tahun ini berbeda, bukan di Pasar Bubrah yang berjarak 1,5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Hal tersebut karena Gunung Merapi dalam status siaga III dan jarak amannya berada di luar Pasar Bubrah.
Untuk lokasi pasti pelarungan, Suwarno mengatakan akan ditentukan oleh para sesepuh dan ahli tradisi tapi berada di jarak aman Gunung Merapi.
“Dari New Selo sampai lokasi pelarungan ditempuh sekitar tiga sampai empat jam. Jadi sampai sana Rabu [19/7/2023] dini hari,” ujar dia.
Tradisi Sedekah Merapi Dongkrak Wisatawan
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Budi Prasetyaningsih, tradisi sedekah Gunung Merapi telah rutin dilaksanakan untuk menarik minat wisatawan. Kegiatan Tradisi Sedekah Gunung Merapi telah dipublikasikan sehingga diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan.“Kalau untuk sektor pariwisata, ini kan salah satu budaya juga ya. Jadi ini untuk melestarikan dan nguri-nguri budaya,” jelas dia.
Sementara itu, salah satu wisatawan asal Jakarta, Sambodo, 51, mengaku ini adalah kali ketiga ia berkunjung ke tradisi sedekah Gunung Merapi. Ia bersama kelima teman komunitas fotografi Jakarta Escape sengaja datang untuk mengabadikan tradisi tersebut.
“Kami memang sudah tahu kalau ada ritual sesembahan untuk Merapi. Saya bawa teman-teman karena mereka ingin melihat prosesnya bagaimana begitu lo,” jelas dia.
Menurut Sambodo, daya tarik dari tradisi sedekah Gunung Merapi yang mampu membuatnya datang jauh-jauh dari Jakarta selama tiga kali adalah masih lestarinya budaya Jawa. Ia mengatakan sudah jarang masyarakat yang masih melestarikan budaya daerah.
“Saya pikir di sini bagus karena beberapa daerah ada yang hilang. Menurut kami tradisi ini sangat menarik,” kata dia.