Esposin, SOLO – Pengageng Parentah Kaputren Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Alit membagikan pengalamannya mengenal sanggul dan terus berupaya melestarikan sanggul sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.
Pengalaman itu dibagikan putri tertua Raja Keraton Solo, Paku Boewono (PB) XII itu pada acara Festival Sanggul Nusantara 2024 di Loji Gandrung, Solo, Sabtu (28/9/2024) petang. Hadir dalam acara tersebut Perkumpulan Pecinta Sanggul Nusantara dan para tamu undangan yang merupakan para pelestari budaya.
Promosi 2,6 juta Pelaku UMKM Dapatkan Akses Pembiayaan KUR BRI di Sepanjang 2024
“Waktu kecil, kami harus bisa sanggulan sendiri karena kami berambut panjang. Kami tidak pernah ada yang berambut pendek. Jadi diajari bersanggul sendiri, sanggul konde, dan sanggul ageng harus bisa sendiri,” jelas Ratu Alit.
Menurut dia, pengalaman sejak kecil tersebut menjadikan para putri dalem Keraton Solo itu berupaya melestarikan Sanggul. Tidak ada yang berubah mengenai kebiasaan penggunaan sanggul dari dulu sampai sekarang.
“Kalau ada acara-acara berkebaya dengan sanggul, tergantung acaranya, event besar, seperti mantu, kami bersanggul ageng. Kalau yang begini [acara Festival Sanggul Nusantara 2024] pakai sanggul konde biasa, yang membedakan acaranya,” papar dia.
Merias Wajah
Selain memakai sanggul, kata Ratu Alit, putri dalem Keraton Solo harus bisa mengenakan jarit dan merias wajah. Dulu, tidak banyak produk kosmetik dan skincare. Putri dalem Keraton Solo hanya mengutamakan wajah bersih dan merias wajah tidak berlebihan.
“Kami harus punya sanggul yang bagus terus pakai kebaya, tak ada kebaya lain, seperti ini menggunakan bludru sekarang dinamakan kebaya kartini. Ada juga kabaya kutu baru yang berkembang,” papar dia.
Salah satu rangkaian Festival Sanggul Nusantara 2024 adalah Pemilihan Duta Sanggul Nusantara 2024 Solo. Ada delapan finalis yang bersaing. Mereka merupakan pelajar dan mahasiswa.
Kemudian juga ada dialog budaya bersama salah satu kerabat Keraton Solo RAy Febri Hapsari Dipokusumo, peragaan sanggul nusantara, kebaya, dan busana tradisional. Para pengurus Perkumpulan Pecinta Sanggul Nusantara menampilkan sanggul dari daerah masing-masing.
Ketua Umum Perkumpulan Pecinta Sanggul Nusantara, Ninoek Soenaryo, menjelaskan komunitasnya menggelar roadshow untuk melestarikan sanggul di berbagai kota sejak tahun lalu, yakin Denpasar, Semarang, Solo Jogja, Bandung, dan Jakarta.
“Beberapa orang tidak mengenal sanggul di daerah masing-masing. Kami ajak perempuan mengambil peran melestarikan sanggul dengan kebaya,” ungkap dia.