Esposin, SRAGEN -- Nasib pabrik pupuk organik hibah Direktorat Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufacture (BIM) Kementerian Perindustrian senilai Rp1,2 miliar yang dibangun di Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Sragen, semakin tak jelas. Proyek tersebut mangkrak karena mesin pabrik yang didrop rekanan Dirjen BIM belum bisa digunakan karena belum sesuai spesifikasi.
Mesin pabrik yang dibangun di atas lahan Pemerintah Desa Tunggul itu sempat diperbaiki rekanan dari PT Hinoka Jakarta, namun hasilnya nihil. Kini, mesin pabrik dibiarkan mangkrak karena pihak pengelola tidak berani menggunakan sebelum mesin benar-benar sesuai spesifikasi. Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Makhsun Isnadi, kepada Esposin beberapa waktu lalu ketika masih menjabat sebagai Kepala Disperinkop dan UMKM Sragen, mengatakan ia sudah belasan kali mengirim surat kepada kementerian agar rekanan kembali memperbaiki pabrik.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Sementara itu, lanjut Makhsun, rekanan kementerian dari PT Hinoka, tidak memperbolehkan pihak pengelola menggunakan mesin-mesin pabrik sebelum benar-benar fix. Namun, jika ditanya kapan akan diperbaiki, pihaknya tidak pernah mendapatkan jawaban pasti. “Saya juga eman, mesin pabrik dengan harga miliaran, malah akhirnya enggak bisa digunakan. Ini sudah setahun lebih tapi belum juga bisa digunakan,” tegasnya.
Padahal, akhir 2013 lalu, pihak kementerian sempat mengatakan bahwa Kabupaten Sragen dijadikan sebagai pilot projek penggunaan pabrik pupuk. Jika Kabupaten Sragen berhasil, maka program hibah pabrik pupuk organik di wilayah lain juga dianggap berhasil, dan sebaliknya. Mengingat, manajemen pengelolaan pabrik pupuk dari Sragen dianggap lebih siap. Pemerintah Kabupaten Sragen telah menggelontorkan dana sekitar Rp400 juta untuk membiayai pembangunan gedung, sedangkan warga sekitar Desa Tunggul juga sudah diberi pelatihan dasar pengoperasian mesin pabrik.
Pengelola pabrik, Teguh, mengatakan pihak rekanan dari PT Hinoka terakhir datang ke Gondang sekitar Oktober lalu. Namun, ketika teknisi dari PT Hinoka kembali bertolak ke Jakarta, kondisi mesin juga belum maksimal. Saat itu teknisi rekanan sempat menjanjikan akan kembali lagi ke Sragen tapi tidak ada kabar hingga sekarang.
Ia mengaku mesin-mesin pabrik dibiarkan mangkrak karena pihaknya tidak berani mengutak-atik. Sementara itu, sejumlah warga yang dipersiapkan untuk jadi pekerja di pabrik tersebut pun ikut pasrah dan mencari pekerjaan lain. “Kami enggak lagi menghubungi rekanan. Kami sudah bosan. Ini kami serahkan ke dinas agar mendorong rekanan untuk mendorong rekanan segera memperbaiki pabrik itu,” tegasnya, Minggu (12/1/2014).